MAKALAH SEJARAH GEREJA ASIA
MAKALAH
MEMAKNAI
SEJARAH GEREJA ASIA DALAM KAITANNYA DENGAN VISI & MISI STT IKSM
Nama
: Rapi
Antoni Sirait
Semester
: V PAK
Dosen
: Dr. Yonas
Muanley, M.Th
SEKOLAH
TINGGI TEOLOGI IKSM JAKARTA TIMUR
TAHUN
AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dinilai
dari cerita tentang kebangkitan dan pengembangan gereja mula-mula di dalam
Perjanjian Baru, siapa akan menduga bahwa selama beberapa abad pertama dari
agama Kristen penyebaran Injil yang paling ekstensif bukan terjadi di Barat
tetapi di Timur? Sebetulnya, kondisi-kondisi di dalam Kerajaan Partia (yaitu
250 SM sampai dengan 226 M), yang merentang dari sungai Efrat sampai ke sungai
Indus dan laut Kaspia sampai ke Laut Arabia, dalam beberapa hal lebih
menyenangkan untuk pertumbuhan gereja dari pada di dunia Romawi. Dan walaupun
perlawanan terhadap agama Kristen terus memuncak di bawah kekuasaan Persia dan
Islam berturut-turut, komunitas-komunitas Kristen akhirnya didirikan di dalam
wilayah yang luas yang merentang dari Timur dekat ke Timur Jauh kemungkinan
sejak abad pertama Gereja.[1]
Pada permulaan perjalanan Rasul Paulus kita melihat
perluasan pemberitaan Injil secara Luar Biasa. Secara geografis kita dapat
membedakan nama daerah, seperti Pisidia dan Likaonia, dan nama propinsi
Kekaisaran Romawi seperti Pamfilia dan Galatia. Melalui perjalanan yang pertama
wilayah yang sudah ada kontak dengan Injil menjadi lebih luas. Di samping
Suriah sekarang juga ada sebagian dari Anatolia atau asia Kecil atau Asia
Minor, yang menjadi tempat pekabaran Injil dan keberadaan Gereja.[2]
Titik berat pelayanan Rasul Paulus yang paling luas terjadi
di Efesus, pusat Propinsi Asia (Kis. 19:1-12). Kesimpulan Lukas tentang
pelayanan itu: “Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk
Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani” (Kis.
19:10; yang dimaksud “Asia”, adalah Propinsi Asia).[3]
Jadi, Pertumbuhan Gereja di Asia
tidak terlepas dari pertumbuhan Gereja Mula-mula, Gereja adalah bagian dari tubuh
Kristen. Dalam
penulisan makalah ini, penulis fokus membahas bagaimana Asal-usul, dan
Perluasan Gereja di Dunia Timur (Kerajaan Partia & Persia), dan Pekabaran
Injil di India Serta Konsili dan Sinode pada Abad IV-VI dan dampaknya bagi Kekristenan di
Asia. Dan Setelah mengetahui
Perkembangan pertumbuhan Gereja di Asia ini barulah kita dapat memaknai Sejarah
Gereja Asia tersebut yang sesuai dengan
makalah “Memaknai Sejarah Gereja Asia dalam kaitannya dengan Visi & Misi
STT IKSM.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal-usul, dan Perluasan
Gereja di Dunia Timur (Kerajaan Partia & Persia) itu?
2. Bagaimana Pekabaran Injil di India
Itu?
3. Bagaimana Konsili dan
Sinode pada Abad IV-VI dan dampaknya bagi Kekristenan di
Asia itu?
4. Apa Implementasi Sejarah Gereja Asia
dengan Visi & Misi STT IKSM itu?
BAB II
PEMBAHASAN
C.
Asal-usul, dan Perluasan Gereja di
Dunia Timur
Gereja di timur berawal pada masa
yang sangat dini di dalam zone penyangga di antara kerajaan Partia dan Kerajaan
Romawi di Mesopotamia Dataran Tinggi. Berbagai perubahan dalam pertumbuhannya
yang kemudian timbul karena status minoritasnya di dalam situasi ketegangan
internasional. Para penguasa Kerajaan Partia (250 SM sampai tahun 226 M) berada
dalam suasana penuh toleransi, dan dengan kepercayaan-kepercayaan yang lebih
tua dari Babel dan Asyur sedang dalam keadaan ambruk, waktunya sudah matang
untuk bangkitnya suatu kepercayaan baru dan vital. Para penguasa dari Kerajaan
Persia yang kedua (tahun 226-640 M) pertama-tama juga mengikuti kebijakan
toleransi agama, walaupun kemudian mereka memberikan kepada orang-orang Kristen
status yang sama sebagai suatu ras yang ditaklukkan.[4]
Meskipun demikian, para penguasa ini juga
mendorong kebangkitan kepercayaan dualistic kuno yakni Soroatrianisme dan
menetapkannya sebagai agama Negara, dengan akibat bahwa orang-orang Kristen
semakin tunduk pada tindakan-tindakan yang represif. Kendatipun demikian,
sebelum agama Kristen menjadi agama Negara di Dunia Barat (pada Tahun 30 M)
rasa permusuhan terhadap Roma dipusatkan pada orang-orang Kristen di Timur.
Setelah kemenangan kaum muslim pada abad VII, sang Khalifah mentolerir
kepercayaan-kepercayaan yang lain, tetapi melarang proselitisme dan membebankan
pada orang-orang Kristen pajak yang berat.[5]
Edessa (sekarang Urfa) di
Mesopotamia sebelah barat laut sejak zaman para rasul merupakan pusat utama
dari agama Kristen yang berbahasa Siria. Kota itu adalah ibu kota sebuah
kerajaan yang merdeka sejak tahun 132 SM sampai tahun 216 M, ketika kota itu
menjadi jajahan Roma. Terkenal sebagai pusat penting dari kebudayaan
Yunani-Siria, Edessa juga terkenal karena komunitas Yahudinya, dengan kaum
proselit di dalam keluarga Kerajaan. Secara strategis berlokasi pada jalur
perdagangan utama dari Fertile Crescent, Edessa dengan mudah dapat di jangkau
dari Antiokhia, dimana misi kepada orang-orang bukan Yahudi dimulai. Pada waktu
orang Kristen Mula-mula itu tersebar di sana-sini ke luar negeri karena
penganiayaan, sebagian orang mengungsi ke Edessa. Dengan demikian Gereja Edessa
berasal dari zaman para rasul (dimana dapat diperhitungkan karena
pertumbuhannya yang cepat), dan agama Kristen bahkan menjadi agama Negara selama
beberapa waktu.[6]
Sebuah legenda Kuno yang dicatat
oleh Eusebius (260-340 M) dan juga terdapat dalam Doctrine of Addai (kira-kira 400 M) (dari informasi di dalam
arsip-arsip kerajaan di Edessa) melukiskan bagaimana Raja Abgar dari Edessa
berkomunikasi dengan Yesus, meminta Yesus datang dan menyembuhkan dia, suatu
permintaan yang atasnya ia menerima jawaban. Setelah kebangkitan, Rasul Tomas
mengutus salah satu di antara ketujuh puluh murid (Luk. 10:1), Addai atau
Thaddaeus, untuk memberitakan Injil dan menyembuhkan sang Raja, dan hasilnya
adalah kota tersebut menerima iman Kristen. Di dalam misi ini dia di dampingi
seorang oleh seorang murid, yaitu Mari, dan keduanya dianggap sebagai pendiri
Gereja tersebut, menurut Liturgi of Addai
and Mari (kira-kira 200 M), yang masih merupakan liturgy umum dalam gereja
Asyur. Doctrine of Addai selanjutnya
menyatakan bahwa Tomas dianggap sebagai Rasul gereja itu, yang lama menyimpan
sebagai milik Pusaka sebuah surat yang ditulis olehnya dari India.[7]
Dengan demikian dari Edessalah suatu
gerakan penginjilan dimulai yang secara berangsur-angsur menyebar luas di
seluruh daerah Mesopotamia, Persia, Asia Tengah, dan Cina. Menurut sebuah
tradisi kuno lainnya, Mari diutus sebagai seorang misionaris ke Seleucia (pada
Sungai Tigris dekat Baghdad), yang dengan kota kembarnya Ctesiphon di seberang
sungai, menjadi suatu pusat lain untuk pelayanan misionaris. Mari juga di
anggap sebagai penginjil perintisan di seluruh wilayah Adiabene sampai ke
sebelah utara, di mana Arbela (Sekarang Erbil) ialah ibukotanya. Pada abad
separoh terakhir abad II, agama Kristen telah menyebar luas ke Timur melalui
Media, Persia, Partia dan Bactria (yaitu Iran, Irak, dan Afganistan). Dua puluh
Uskup dan banyak presbiter lebih merupakan anggota golongan misionaris yang
pergi berkeliling, yang pergi dari satu tempat ke tempat lain sebagaimana yang
Paulus lakukan dan mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dengan berbagai
pekerjaan seperti pedagang atau tukang. Pada tahun 280 M kota Metropolis Seleucia
menerima Julukan “Catholicos”, pada tahun 424 M suatu persidangan Gereja di
Seleucia memilih uskup tertinggi pertama yang memiliki yuridiksi atas seluruh
gereja timur, termasuk india dan Ceylon. Kedudukan uskup Tertinggi ditetapkan
di Seleucia Ctesiphon, karena tempat ini merupakan tempat penting pada jalur
perdagangan antara Timur-Barat yang meluas sampai ke India dan Cina.[8]
Dengan demikian pergeseran kekuasaan
gerejawi jauh dari Edessa, yang pada tahun 216 M telah menjadi jajahan Roma.
Penetapan suatu wilayah yuridiksi mereka dengan sembilan kota metropolis di
bawahnya membantu munculnya sikap yang lebih menyenangkan dari pihak pemerintah
Persia, yang tidak perlu lagi takut pada persekutuan gerejawi dengan musuh
umum, yaitu Roma.[9]
D.
Pekabaran Injil di India
Dalam
Kisah Rasul Tomas kisah
penginjilan Rasul Tomas di India dimulai setelah hari Pentakosta, di mana kedua
belas murid Yesus mengundi untuk menentukan ke mana setiap orang diutus
mengabarkan Injil. Rasul Tomas mendapat tempat di India, tetapi ia menolak.
Kemudian Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya melalui mimpi agar ia pergi ke
India, tetapi ia tetap menolak. Tuhan pun mengatur agar Tomas dijual sebagai
budak kepada seorang pedagang dari India bernama Habban/Abban yang datang ke
Yerusalem untuk mencari tukang kayu (Ruck 2008, 14) (Frykenberg 2008, 94-95).
Di India, Rasul Tomas dipercayakan untuk membangun istana
untuk Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterimanya untuk membangun istana
digunakan untuk membantu orang-orang miskin. Ia melihat keadaan masyarakat di
sana sangan miskin, bahkan banyak orang yang sakit dan mengalami kekerasan.
Melihat situasi seperti inilah yang membuatnya memberikan uang pembangunan
istana kepada orang-orang miskin untuk membantu mereka (Ruck 2008, 14) (Frykenberg
2008, 95-96). Dengan menggunakan uang kerajaan, Rasul Tomas sedang ‘mengajar
tentang Tuhan yang baru, yaitu Tuhan yang menyembuhkan orang sakit, mengusir
setan, dan melakukan hal yang indah di dalam nama Allah” (Frykenberg 2008, 96).
Suatu hari, Raja Gudnaphar berjalan-jalan untuk melihat
pembangunan istananya yang baru. Ketika melihat bahwa pembangunan istana belum
selesai dan uang untuk pembangunan digunakan untuk keperluan lain, Raja menjadi
marah. Rasul Tomas pun menerangkan bahwa ia sedang membangun istana di sorga
bagi Raja Gudnaphar. Raja itu menjadi sangat marah dan ia memenjarakan Rasul
Tomas. Akan tetapi, sesudah Rasul Tomas melakukan beberapa mujizat, raja
bersama dengan adiknya Gad menerima tiga tanda kekristenan, yaitu: minyak
urapan, baptisan kudus dan perjamuan Kudus (Ruck 2008, 14) (Frykenberg 2008,
96).[10]
E. Konsili dan Sinode pada Abad IV-VI dan dampaknya bagi Kekristenan di Asia
Pada abad IV-VI, terjadi beberapa konsili dan sinode yang
merumuskan tentang pengakuan iman rasuli dan merumuskan beberapa pemahaman
kristologi yang ada mengenai tabiat Allah. Konsili ini membahas tema teologis
dalam gereja mula-mula mengenai Allah Tritunggal. Sedangkan di dalam sinode,
ada beberapa keputusan gereja mengenai aturan gereja: Pertama, Konsili Nicea,
tahun 324. Konsili ini menghasilkan keputusan mengenai doktrin Allah Tritunggal
yang akan menjadi milik semua gereja, termasuk gereja di luar Kekaisaran Romawi
(Wetzel 2000, 43). Kedua, Sinode Isaac terbentuk pada tahun 410. Sinode ini
pimpinan oleh Ishak, uskup Seleucia-Ctesiphon. Keputusan dari Sinode ini
menyatakan uskup Seleucia-Ctesiphon sebagai primata dari Gereja Timur dan
pemberian gelar ‘Katolikos'. Sinode ini juga menyatakan kepatuhan kepada
keputusan Dewan Nicea dan memakai Pengakuan Iman Nicea (Moffett 1992, 154).
Ketiga, Sinode Yaballaha terbentuk pada tahun 420. Sinode ini meresmikan
Antkhiokia sebagai gereja induknya. Ada tiga hal yang dapat dilihat dalam
sinode ini, yaitu; dalam proses organisasi mendapat pencapaian konsensus di
antara para Uskup Persia. Kedua, menjadi tangan panjang pemerintah Persia.
Ketiga, memperhatikan serta waspada dari patriark Antiokhia sebagai perwakilam
dari Gereja Barat (Moffett 1992, 159).
Keempat, Sinode Dadyeshu terbentuk pada tahun 424. Sinode
ini dibentuk karena adanya laporan dewan sebelumnya yang menyatakan bahwa
Katolikos dari Seleukia-Ctesiphon adalah "tertinggi dan tunduk di antara
para uskup dari Timur bersamaan dengan patriark Timur atau Barat." Dengan
kata lain, mau menyatakan bahwa Gereja di Asia itu bebas "dalam
Kristus" di bawah dari kepemimpinan Katolikos; tidak menentang, tetapi
sama dengan Barat (Moffett 1992, 163). Sinode ini juga berhasil mendirikan
keuskupan Merw, di Margiana (Wetzel,
2000, 56). Kelima, Konsili Oukumenis di efesus, tahun 431. Konsili ini
mengambil dua keputusan mengenai konsep Kristologis, yaitu konsep Nestorius
(duofisitisme) ditolak dan konsep Kyrillos (monofisitisme) diterima. Konsep
Kyrillos adalah konsep monofisitisme, kesatuan tabiat ilahi dan manusiawi di
dalam Kristus diakui. Konsep Nestorius adalah konsep duofisitisme, tabiat
manusiawi di dalam Kristus. Keenam, Konsili Kalsedon, tahun 451. Konsili ini
menghasilkan dua keputusan, yaitu: Rasa persatuan yang mengajarkan untuk
mengakui Dia sebagai Anak, Tuhan Yesus Kritus sempurna baik dalam keilahian dan
kemanusiaan-Nya. Mengakui bahwa Dia adalah benar-benar Allah dan benar-benar
manusia. Selain itu, se-‘ia’ se-‘kata’ mengenai ajaran tentang Kristus satu dan
sama, Tuhan Anak Tunggal, sungguh Allah dan sungguuh manusia di dalam dua
kodrat dan kodrat tersebut tidak dapat dicampur adukkan, dipisahkan dan tidak
dapat dibagi (Wetzel, 2000, 44-45).
Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam konsili
ternyata menimbulkan skisma, terutama pemahaman terhadap Kristologi. Khususnya
untuk kawasan Asia, skisma yang muncul pasca Kalsedon pada tahun 451 dengan
perumusan ‘Pengakuan Iman Rasuli’ membuat gereja di Asia terbagi menjadi 3 denominasi.
Pertama, Asia Barat bagian Barat menganut Ortodoksi Khalkedonik, terdiri dari
beberapa gereja, antara lain: Gereja Yunani Ortodoks di Asia Kecil, gereja
Melkit. Secara formal, hubungan gereja ini dengan Barat belum terputus dan
kesatuan prinsipil dengan gereja Roma Katolik masih ada. Kemudian Gereja
Melkit, merupakan gereja yang masih
menganut paham mengikuti raja dan mendapat tempat istimewa karena mendapat
dukungan dari pemerintah. Selain itu ada Gereja di Georgia, awalnya memiliki
hubungan yang baik dengan gereja Armenia. Hubungan ini tidak berlangsung lama.
Armenia segera memutuskan hubungan baik tersebut karena gereja Georgia
mengikuti teologi Yunani-Ortodoks. Gereja Maronit, gereja ini membentuk gereja
sendiri karena banyak orang Kristen yang menganut monotheletisme. Alasan lain
pembentukan gereja ini karena Kaisar Heraklios tidak berhasil mempersatukan
gereja Yunani-Ortodoks dengan gereja monofisit (Wetzel 2000, 50-52).
Denominasi kedua berada di Asia Barat bagian Tengah yang
mayoritas menganut Monofisitisme, terdiri dari beberapa gereja, antara lain:
Gereja Yakobit, melalui pelayanan Yakobos Baradaios eksistensi gereja monofisit
di dalam perbatasan kekaisaran Romawi diselamatkan dan gereja Yakobit pun
terbentuk (Wetzel 2000, 52). Kemudia Monofisitisme di Arab Utara. Suku Arab
menganut paham monofisitisme dan pada saat itu Raja Ghassanid mengangkat
Yakobos Baradaios ditahbiskan sebagai uskup daerah itu. Dari Kerajaan
Ghassanid, gereja orang-orang kelana di Arab Utara diorganisir kemudian didirikan
keuskupan-keuskupan kelana yang sebagian besar dari orang Arab di Palestina,
dengan pemahaman yang sama yaitu monofisitisme. Selain itu ada Gereja Armenia.
Gereja ini mengalami perselisihan dengan pemerintahan Persia, yang memaksakan
mereka menganut paham zoroastrisme (Wetzel 2000, 54).
Denominasi terakhir berada di bagian Timur Asia Barat, di
Persia, Arab, Asia Selatan dan Asia Tengah menganut Nestorianisme.
Gereja-gereja tersebut antara lain: Gereja Nestorian di Persia, gereja ini
membentuk dialek Suriah sendiri dan perkembangan untuk menganut paham
Nestorianisme dipengaruhi oleh sekolah teologi. Gereja ini dipimpin oleh
Seleukia Ktesifon; Gereja Nestorian di Asia Barat, gereja ini merupakan daerah
perluasan dari Gereja Nestorian di Persia. Perkembangannya dapat terlihat saat
beberapa keuskupan yang baru mulai didirikan, antara lain; (1) Merw (di
Margiana) yang didirikan pada tahun 424 dan berubah menjadi keuskupan agung
pada tahun 524. (2) Herat yang didirikan pada tahun 424 dan menjadi keuskupan agung
pada tahun 585. Selain itu, beberapa keuskupan juga didirikan di Afghanistan;
Gereja Nestorian di India, mayoritas orang-orang kristen di India menganut
Nestorianisme; Gereja Nestorian di Arab, sama halnya dengan orang-orang kristen
di India. Mayoritas orang-orang kristen di Arab juga menganut Nestorianisme dan
disebut “al-Ibad” (hamba Tuhan).
Wilayah Arab Timur memiliki 5 keuskupan di bawah metropolit Arab Timur, yaitu
di Pulau Tarut, Pulau Muharrak, Hatta, Mazun dan Hagar. Wilayah Arab Timur
membawa berita Kristen sampai ke arah Arab Selatan dan dapat mengembangkan
paham uskup Nestorian; Gereja Nestorian di Asia Tengah, gereja ini menghidupkan
misi yang luas dan yang menjadi pusat misinya ialah Keuskupan Agung di Merw.
Perluasan kekeristenan terjadi di Asia Tengah melalui jalur perdagangan (Wetzel
2000, 55-58).[11]
F.
Implementasi Sejarah Gereja Asia
dengan Visi & Misi STT IKSM
VISI
DAN MISI STT IKSM SANTOSA ASIH
VISI LEMBAGA
Di dalam penyelenggarakan proses belajar-mengajar di STT
IKSM Santosa Asih, kegiatan edukasinya dilandaskan pada semangat yang tertuang
dalam rumusan visi dan misi sbb:
“Menjadikan pelayan Tuhan yang hidup Kudus, Kuat Iman dan memiliki Kasih Kristus untuk melakukan pelayanan bagi umatNya”.
“Menjadikan pelayan Tuhan yang hidup Kudus, Kuat Iman dan memiliki Kasih Kristus untuk melakukan pelayanan bagi umatNya”.
MISI LEMBAGA
Berdasarkan visi lembaga di atas, misi lembaga adalah
untuk:
Memperlengkapi pelayan Tuhan untuk melaksanakan Amanat Agung dalam pengajaran dan penggembalaan secara berkesinambungan bagi umatNya, anak-anak, remaja/pemuda maupun orang dewasa. Tujuan lembaga, yaitu:
Mempersiapkan SDM ungulan yang berpendidikan sarjana,magister dan doktor yang handal bagi gereja dan bangsa sebagai jawaban atas perkembangan globalisasi.
Visi Prodi PAK Menjadi Pelayan Tuhan yang memiliki jiwa pendidik yang professional, berdedikasi tinggi serta memiliki integritas yang kuat dan penuh kasih
Misi Prodi PAK
1. Membekali mahasiswa dengan nilai-nilai hidup dan pengajaran yang benar tentang firman Allah
2. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan yang berkualitas kompetensi agar menjadi pendidik yang memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi social.
Visi Prodi Teologi
Terwujudnya pelayan TUHAN yang memiliki integritas yang tinggi dan memahami Teologi yang benar berdasarkan Firman Allah
Misi
Memperlengkapi pelayan Tuhan secara kualitas dan kuantitas, berpikir dan berjiwa melayani dengan pemahaman Teologi yang benar.[12]
Memperlengkapi pelayan Tuhan untuk melaksanakan Amanat Agung dalam pengajaran dan penggembalaan secara berkesinambungan bagi umatNya, anak-anak, remaja/pemuda maupun orang dewasa. Tujuan lembaga, yaitu:
Mempersiapkan SDM ungulan yang berpendidikan sarjana,magister dan doktor yang handal bagi gereja dan bangsa sebagai jawaban atas perkembangan globalisasi.
Visi Prodi PAK Menjadi Pelayan Tuhan yang memiliki jiwa pendidik yang professional, berdedikasi tinggi serta memiliki integritas yang kuat dan penuh kasih
Misi Prodi PAK
1. Membekali mahasiswa dengan nilai-nilai hidup dan pengajaran yang benar tentang firman Allah
2. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan yang berkualitas kompetensi agar menjadi pendidik yang memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi social.
Visi Prodi Teologi
Terwujudnya pelayan TUHAN yang memiliki integritas yang tinggi dan memahami Teologi yang benar berdasarkan Firman Allah
Misi
Memperlengkapi pelayan Tuhan secara kualitas dan kuantitas, berpikir dan berjiwa melayani dengan pemahaman Teologi yang benar.[12]
Dengan
memaknai Sejarah Gereja Asia ini, penulis melihat adanya kesamaan dalam
kaitannya dengan Visi & Misi STT IKSM. Dari program studi Teologi dan
Pendidikan Agama Kristen juga terlihat dimana penjangkauan yang di lakukan STT
IKSM ialah mempersiapkan Mahasiswa untuk penjangkauan ke ladang-ladang Misi yang ada di Ruang
lingkup domestik dalam artian Gereja dan Sekolah. Dimana Prodi Teologi dan PAK
di persiapkan untuk fokus pada pelayanan Anak di ruang lingkup Gereja maupun
Sekolah-sekolah. Lebih dari itu, Prodi Teologi juga dipersiapkan untuk melayani
di ruang lingkup Gereja-gereja Denominasi dan Prodi PAK di persiapkan untuk
melayani di Sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga Pendidik.
BAB
III
PENUTUP
v Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, penulis melihat dan menyimpulkan bahwa perjalanan
perkembangan dan pertumbuhan Gereja yang ada di Asia itu dapat di lihat dari
sisi Visi & Misi yang jelas. Kalau Visi yang tampak adalah Memenangkan jiwa
untuk Kristus dan Misi yang dilakukan adalah menjangkau wilayah-wilayah baru
atau ladang-ladang misi yang baru. Perkembangan Gereja semakin luas di wilayah
Asia walaupun terlihat adanya
hambatan-hambatan dari sisi Pemerintahan seperti yang di alami Rasul Tomas.
Misi pekabaran Injil secara cepat berkembang karena sudah adanya jalur-jalur
perdagangan, sehingga para Misionaris memanfaatkan fasilitas itu untuk
mengembangkan perluasan Gereja yang hampir mencakup seluruh Asia.
STT
IKSM juga dalam hal ini melakukan Missiontrip
ke daerah-daerah yang ada di Indonesia, dalam hal penjangkauan Mahasiswa
baru untuk dipersiapkan menjadi Hamba-hamba Tuhan yang siap untuk dibina, dan kemudian
di utus kembali pelayanan ke ladang-ladang Misi yakni Gereja dan
Sekolah-sekolah tentunya.
DAFTAR
PUSTAKA
E.
Hoke, Donald, Sejarah Gereja Asia Volume
1. Malang: Gandum Mas, 2000.
Wetzel,
Dr. Klaus, Kompendium Sejarah Gereja
Asia. Malang: Gandum Mas, 2000.
[1]
Donald E. Hoke, Sejarah Gereja Asia
Volume 1. Malang: Gandum Mas, 2000. Hal. 233-234
[2]
Dr. Klaus Wetzel, Kompendium Sejarah
Gereja Asia. Malang: Gandum Mas, 2000. Hal. 10
[3]
Ibid. hal. 11
[4]
Donald E. Hoke, Sejarah Gereja Asia
Volume 1. Malang: Gandum Mas, 2000. Hal. 236
[5]
Ibid.
[6]
Ibid. hal 237
[7]
ibid
[8]
Ibid. hal. 238
[9]
Ibid
[10]
http://sendawakurasapisang.blogspot.co.id/2013/03/perkembangan-awal-kekristenan-di-asia.html.
Diakses tanggal 29 November 2017
[11]
http://sendawakurasapisang.blogspot.co.id/2013/03/perkembangan-awal-kekristenan-di-asia.html.
Diakses tanggal 30 November 2017
[12]
http://paperonlinemahasiswasttiksmsa.blogspot.co.id/2017/11/visi-dan-misi-stt-iksm-santosa-asih.html.
Diakses tanggal 4 Desember 2017
Komentar
Posting Komentar