MAKALAH SEJARAH GEREJA ASIA




MAKALAH
MEMAKNAI SEJARAH GEREJA ASIA DALAM KAITANNYA DENGAN VISI & MISI STT IKSM


  

Nama             : Rapi Antoni Sirait
Semester      : V PAK
Dosen            : Dr. Yonas Muanley, M.Th
  
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM JAKARTA TIMUR
TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Pada permulaan perjalanan Rasul Paulus kita melihat perluasan pemberitaan Injil secara Luar Biasa. Secara geografis kita dapat membedakan nama daerah, seperti Pisidia dan Likaonia, dan nama propinsi Kekaisaran Romawi seperti Pamfilia dan Galatia. Melalui perjalanan yang pertama wilayah yang sudah ada kontak dengan Injil menjadi lebih luas. Di samping Suriah sekarang juga ada sebagian dari Anatolia atau asia Kecil atau Asia Minor, yang menjadi tempat pekabaran Injil dan keberadaan Gereja.[2]
Titik berat pelayanan Rasul Paulus yang paling luas terjadi di Efesus, pusat Propinsi Asia (Kis. 19:1-12). Kesimpulan Lukas tentang pelayanan itu: “Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani” (Kis. 19:10; yang dimaksud “Asia”, adalah Propinsi Asia).[3]
Jadi, Pertumbuhan Gereja di Asia tidak terlepas dari pertumbuhan Gereja Mula-mula, Gereja adalah bagian dari tubuh Kristen. Dalam penulisan makalah ini, penulis fokus membahas bagaimana Asal-usul, dan Perluasan Gereja di Dunia Timur (Kerajaan Partia & Persia), dan Pekabaran Injil di India Serta Konsili dan Sinode pada Abad IV-VI dan dampaknya bagi Kekristenan di Asia. Dan Setelah mengetahui Perkembangan pertumbuhan Gereja di Asia ini barulah kita dapat memaknai Sejarah Gereja Asia tersebut yang  sesuai dengan makalah “Memaknai Sejarah Gereja Asia dalam kaitannya dengan Visi & Misi STT IKSM.
B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Asal-usul, dan Perluasan Gereja di Dunia Timur (Kerajaan Partia & Persia) itu?
2.    Bagaimana Pekabaran Injil di India Itu?
3.    Bagaimana Konsili dan Sinode pada Abad IV-VI dan dampaknya bagi Kekristenan di Asia itu?
4.    Apa Implementasi Sejarah Gereja Asia dengan Visi & Misi STT IKSM itu?











BAB II
PEMBAHASAN

C.   Asal-usul, dan Perluasan Gereja di Dunia Timur
Gereja di timur berawal pada masa yang sangat dini di dalam zone penyangga di antara kerajaan Partia dan Kerajaan Romawi di Mesopotamia Dataran Tinggi. Berbagai perubahan dalam pertumbuhannya yang kemudian timbul karena status minoritasnya di dalam situasi ketegangan internasional. Para penguasa Kerajaan Partia (250 SM sampai tahun 226 M) berada dalam suasana penuh toleransi, dan dengan kepercayaan-kepercayaan yang lebih tua dari Babel dan Asyur sedang dalam keadaan ambruk, waktunya sudah matang untuk bangkitnya suatu kepercayaan baru dan vital. Para penguasa dari Kerajaan Persia yang kedua (tahun 226-640 M) pertama-tama juga mengikuti kebijakan toleransi agama, walaupun kemudian mereka memberikan kepada orang-orang Kristen status yang sama sebagai suatu ras yang ditaklukkan.[4]
 Meskipun demikian, para penguasa ini juga mendorong kebangkitan kepercayaan dualistic kuno yakni Soroatrianisme dan menetapkannya sebagai agama Negara, dengan akibat bahwa orang-orang Kristen semakin tunduk pada tindakan-tindakan yang represif. Kendatipun demikian, sebelum agama Kristen menjadi agama Negara di Dunia Barat (pada Tahun 30 M) rasa permusuhan terhadap Roma dipusatkan pada orang-orang Kristen di Timur. Setelah kemenangan kaum muslim pada abad VII, sang Khalifah mentolerir kepercayaan-kepercayaan yang lain, tetapi melarang proselitisme dan membebankan pada orang-orang Kristen pajak yang berat.[5]
Edessa (sekarang Urfa) di Mesopotamia sebelah barat laut sejak zaman para rasul merupakan pusat utama dari agama Kristen yang berbahasa Siria. Kota itu adalah ibu kota sebuah kerajaan yang merdeka sejak tahun 132 SM sampai tahun 216 M, ketika kota itu menjadi jajahan Roma. Terkenal sebagai pusat penting dari kebudayaan Yunani-Siria, Edessa juga terkenal karena komunitas Yahudinya, dengan kaum proselit di dalam keluarga Kerajaan. Secara strategis berlokasi pada jalur perdagangan utama dari Fertile Crescent, Edessa dengan mudah dapat di jangkau dari Antiokhia, dimana misi kepada orang-orang bukan Yahudi dimulai. Pada waktu orang Kristen Mula-mula itu tersebar di sana-sini ke luar negeri karena penganiayaan, sebagian orang mengungsi ke Edessa. Dengan demikian Gereja Edessa berasal dari zaman para rasul (dimana dapat diperhitungkan karena pertumbuhannya yang cepat), dan agama Kristen bahkan menjadi agama Negara selama beberapa waktu.[6]
Sebuah legenda Kuno yang dicatat oleh Eusebius (260-340 M) dan juga terdapat dalam Doctrine of Addai (kira-kira 400 M) (dari informasi di dalam arsip-arsip kerajaan di Edessa) melukiskan bagaimana Raja Abgar dari Edessa berkomunikasi dengan Yesus, meminta Yesus datang dan menyembuhkan dia, suatu permintaan yang atasnya ia menerima jawaban. Setelah kebangkitan, Rasul Tomas mengutus salah satu di antara ketujuh puluh murid (Luk. 10:1), Addai atau Thaddaeus, untuk memberitakan Injil dan menyembuhkan sang Raja, dan hasilnya adalah kota tersebut menerima iman Kristen. Di dalam misi ini dia di dampingi seorang oleh seorang murid, yaitu Mari, dan keduanya dianggap sebagai pendiri Gereja tersebut, menurut Liturgi of Addai and Mari (kira-kira 200 M), yang masih merupakan liturgy umum dalam gereja Asyur. Doctrine of Addai selanjutnya menyatakan bahwa Tomas dianggap sebagai Rasul gereja itu, yang lama menyimpan sebagai milik Pusaka sebuah surat yang ditulis olehnya dari India.[7]
Dengan demikian dari Edessalah suatu gerakan penginjilan dimulai yang secara berangsur-angsur menyebar luas di seluruh daerah Mesopotamia, Persia, Asia Tengah, dan Cina. Menurut sebuah tradisi kuno lainnya, Mari diutus sebagai seorang misionaris ke Seleucia (pada Sungai Tigris dekat Baghdad), yang dengan kota kembarnya Ctesiphon di seberang sungai, menjadi suatu pusat lain untuk pelayanan misionaris. Mari juga di anggap sebagai penginjil perintisan di seluruh wilayah Adiabene sampai ke sebelah utara, di mana Arbela (Sekarang Erbil) ialah ibukotanya. Pada abad separoh terakhir abad II, agama Kristen telah menyebar luas ke Timur melalui Media, Persia, Partia dan Bactria (yaitu Iran, Irak, dan Afganistan). Dua puluh Uskup dan banyak presbiter lebih merupakan anggota golongan misionaris yang pergi berkeliling, yang pergi dari satu tempat ke tempat lain sebagaimana yang Paulus lakukan dan mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dengan berbagai pekerjaan seperti pedagang atau tukang. Pada tahun 280 M kota Metropolis Seleucia menerima Julukan “Catholicos”, pada tahun 424 M suatu persidangan Gereja di Seleucia memilih uskup tertinggi pertama yang memiliki yuridiksi atas seluruh gereja timur, termasuk india dan Ceylon. Kedudukan uskup Tertinggi ditetapkan di Seleucia Ctesiphon, karena tempat ini merupakan tempat penting pada jalur perdagangan antara Timur-Barat yang meluas sampai ke India dan Cina.[8]
Dengan demikian pergeseran kekuasaan gerejawi jauh dari Edessa, yang pada tahun 216 M telah menjadi jajahan Roma. Penetapan suatu wilayah yuridiksi mereka dengan sembilan kota metropolis di bawahnya membantu munculnya sikap yang lebih menyenangkan dari pihak pemerintah Persia, yang tidak perlu lagi takut pada persekutuan gerejawi dengan musuh umum, yaitu Roma.[9]
D.   Pekabaran Injil di India
Dalam Kisah Rasul Tomas kisah penginjilan Rasul Tomas di India dimulai setelah hari Pentakosta, di mana kedua belas murid Yesus mengundi untuk menentukan ke mana setiap orang diutus mengabarkan Injil. Rasul Tomas mendapat tempat di India, tetapi ia menolak. Kemudian Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya melalui mimpi agar ia pergi ke India, tetapi ia tetap menolak. Tuhan pun mengatur agar Tomas dijual sebagai budak kepada seorang pedagang dari India bernama Habban/Abban yang datang ke Yerusalem untuk mencari tukang kayu (Ruck 2008, 14) (Frykenberg 2008, 94-95).
Di India, Rasul Tomas dipercayakan untuk membangun istana untuk Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterimanya untuk membangun istana digunakan untuk membantu orang-orang miskin. Ia melihat keadaan masyarakat di sana sangan miskin, bahkan banyak orang yang sakit dan mengalami kekerasan. Melihat situasi seperti inilah yang membuatnya memberikan uang pembangunan istana kepada orang-orang miskin untuk membantu mereka (Ruck 2008, 14) (Frykenberg 2008, 95-96). Dengan menggunakan uang kerajaan, Rasul Tomas sedang ‘mengajar tentang Tuhan yang baru, yaitu Tuhan yang menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan melakukan hal yang indah di dalam nama Allah” (Frykenberg 2008, 96).
Suatu hari, Raja Gudnaphar berjalan-jalan untuk melihat pembangunan istananya yang baru. Ketika melihat bahwa pembangunan istana belum selesai dan uang untuk pembangunan digunakan untuk keperluan lain, Raja menjadi marah. Rasul Tomas pun menerangkan bahwa ia sedang membangun istana di sorga bagi Raja Gudnaphar. Raja itu menjadi sangat marah dan ia memenjarakan Rasul Tomas. Akan tetapi, sesudah Rasul Tomas melakukan beberapa mujizat, raja bersama dengan adiknya Gad menerima tiga tanda kekristenan, yaitu: minyak urapan, baptisan kudus dan perjamuan Kudus (Ruck 2008, 14) (Frykenberg 2008, 96).[10]

E.   Konsili dan Sinode pada Abad IV-VI dan dampaknya bagi Kekristenan di Asia
Pada abad IV-VI, terjadi beberapa konsili dan sinode yang merumuskan tentang pengakuan iman rasuli dan merumuskan beberapa pemahaman kristologi yang ada mengenai tabiat Allah. Konsili ini membahas tema teologis dalam gereja mula-mula mengenai Allah Tritunggal. Sedangkan di dalam sinode, ada beberapa keputusan gereja mengenai aturan gereja: Pertama, Konsili Nicea, tahun 324. Konsili ini menghasilkan keputusan mengenai doktrin Allah Tritunggal yang akan menjadi milik semua gereja, termasuk gereja di luar Kekaisaran Romawi (Wetzel 2000, 43). Kedua, Sinode Isaac terbentuk pada tahun 410. Sinode ini pimpinan oleh Ishak, uskup Seleucia-Ctesiphon. Keputusan dari Sinode ini menyatakan uskup Seleucia-Ctesiphon sebagai primata dari Gereja Timur dan pemberian gelar ‘Katolikos'. Sinode ini juga menyatakan kepatuhan kepada keputusan Dewan Nicea dan memakai Pengakuan Iman Nicea (Moffett 1992, 154). Ketiga, Sinode Yaballaha terbentuk pada tahun 420. Sinode ini meresmikan Antkhiokia sebagai gereja induknya. Ada tiga hal yang dapat dilihat dalam sinode ini, yaitu; dalam proses organisasi mendapat pencapaian konsensus di antara para Uskup Persia. Kedua, menjadi tangan panjang pemerintah Persia. Ketiga, memperhatikan serta waspada dari patriark Antiokhia sebagai perwakilam dari Gereja Barat (Moffett 1992, 159).
Keempat, Sinode Dadyeshu terbentuk pada tahun 424. Sinode ini dibentuk karena adanya laporan dewan sebelumnya yang menyatakan bahwa Katolikos dari Seleukia-Ctesiphon adalah "tertinggi dan tunduk di antara para uskup dari Timur bersamaan dengan patriark Timur atau Barat." Dengan kata lain, mau menyatakan bahwa Gereja di Asia itu bebas "dalam Kristus" di bawah dari kepemimpinan Katolikos; tidak menentang, tetapi sama dengan Barat (Moffett 1992, 163). Sinode ini juga berhasil mendirikan keuskupan  Merw, di Margiana (Wetzel, 2000, 56). Kelima, Konsili Oukumenis di efesus, tahun 431. Konsili ini mengambil dua keputusan mengenai konsep Kristologis, yaitu konsep Nestorius (duofisitisme) ditolak dan konsep Kyrillos (monofisitisme) diterima. Konsep Kyrillos adalah konsep monofisitisme, kesatuan tabiat ilahi dan manusiawi di dalam Kristus diakui. Konsep Nestorius adalah konsep duofisitisme, tabiat manusiawi di dalam Kristus. Keenam, Konsili Kalsedon, tahun 451. Konsili ini menghasilkan dua keputusan, yaitu: Rasa persatuan yang mengajarkan untuk mengakui Dia sebagai Anak, Tuhan Yesus Kritus sempurna baik dalam keilahian dan kemanusiaan-Nya. Mengakui bahwa Dia adalah benar-benar Allah dan benar-benar manusia. Selain itu, se-‘ia’ se-‘kata’ mengenai ajaran tentang Kristus satu dan sama, Tuhan Anak Tunggal, sungguh Allah dan sungguuh manusia di dalam dua kodrat dan kodrat tersebut tidak dapat dicampur adukkan, dipisahkan dan tidak dapat dibagi (Wetzel, 2000, 44-45).
Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam konsili ternyata menimbulkan skisma, terutama pemahaman terhadap Kristologi. Khususnya untuk kawasan Asia, skisma yang muncul pasca Kalsedon pada tahun 451 dengan perumusan ‘Pengakuan Iman Rasuli’ membuat gereja di Asia terbagi menjadi 3 denominasi. Pertama, Asia Barat bagian Barat menganut Ortodoksi Khalkedonik, terdiri dari beberapa gereja, antara lain: Gereja Yunani Ortodoks di Asia Kecil, gereja Melkit. Secara formal, hubungan gereja ini dengan Barat belum terputus dan kesatuan prinsipil dengan gereja Roma Katolik masih ada. Kemudian Gereja Melkit, merupakan gereja yang  masih menganut paham mengikuti raja dan mendapat tempat istimewa karena mendapat dukungan dari pemerintah. Selain itu ada Gereja di Georgia, awalnya memiliki hubungan yang baik dengan gereja Armenia. Hubungan ini tidak berlangsung lama. Armenia segera memutuskan hubungan baik tersebut karena gereja Georgia mengikuti teologi Yunani-Ortodoks. Gereja Maronit, gereja ini membentuk gereja sendiri karena banyak orang Kristen yang menganut monotheletisme. Alasan lain pembentukan gereja ini karena Kaisar Heraklios tidak berhasil mempersatukan gereja Yunani-Ortodoks dengan gereja monofisit (Wetzel 2000, 50-52).
Denominasi kedua berada di Asia Barat bagian Tengah yang mayoritas menganut Monofisitisme, terdiri dari beberapa gereja, antara lain: Gereja Yakobit, melalui pelayanan Yakobos Baradaios eksistensi gereja monofisit di dalam perbatasan kekaisaran Romawi diselamatkan dan gereja Yakobit pun terbentuk (Wetzel 2000, 52). Kemudia Monofisitisme di Arab Utara. Suku Arab menganut paham monofisitisme dan pada saat itu Raja Ghassanid mengangkat Yakobos Baradaios ditahbiskan sebagai uskup daerah itu. Dari Kerajaan Ghassanid, gereja orang-orang kelana di Arab Utara diorganisir kemudian didirikan keuskupan-keuskupan kelana yang sebagian besar dari orang Arab di Palestina, dengan pemahaman yang sama yaitu monofisitisme. Selain itu ada Gereja Armenia. Gereja ini mengalami perselisihan dengan pemerintahan Persia, yang memaksakan mereka menganut paham zoroastrisme (Wetzel 2000, 54).
Denominasi terakhir berada di bagian Timur Asia Barat, di Persia, Arab, Asia Selatan dan Asia Tengah menganut Nestorianisme. Gereja-gereja tersebut antara lain: Gereja Nestorian di Persia, gereja ini membentuk dialek Suriah sendiri dan perkembangan untuk menganut paham Nestorianisme dipengaruhi oleh sekolah teologi. Gereja ini dipimpin oleh Seleukia Ktesifon; Gereja Nestorian di Asia Barat, gereja ini merupakan daerah perluasan dari Gereja Nestorian di Persia. Perkembangannya dapat terlihat saat beberapa keuskupan yang baru mulai didirikan, antara lain; (1) Merw (di Margiana) yang didirikan pada tahun 424 dan berubah menjadi keuskupan agung pada tahun 524. (2) Herat yang didirikan pada tahun 424 dan menjadi keuskupan agung pada tahun 585. Selain itu, beberapa keuskupan juga didirikan di Afghanistan; Gereja Nestorian di India, mayoritas orang-orang kristen di India menganut Nestorianisme; Gereja Nestorian di Arab, sama halnya dengan orang-orang kristen di India. Mayoritas orang-orang kristen di Arab juga menganut Nestorianisme dan disebut “al-Ibad” (hamba Tuhan). Wilayah Arab Timur memiliki 5 keuskupan di bawah metropolit Arab Timur, yaitu di Pulau Tarut, Pulau Muharrak, Hatta, Mazun dan Hagar. Wilayah Arab Timur membawa berita Kristen sampai ke arah Arab Selatan dan dapat mengembangkan paham uskup Nestorian; Gereja Nestorian di Asia Tengah, gereja ini menghidupkan misi yang luas dan yang menjadi pusat misinya ialah Keuskupan Agung di Merw. Perluasan kekeristenan terjadi di Asia Tengah melalui jalur perdagangan (Wetzel 2000, 55-58).[11]

F.    Implementasi Sejarah Gereja Asia dengan Visi & Misi STT IKSM
VISI DAN MISI STT IKSM SANTOSA ASIH
VISI LEMBAGA
Di dalam penyelenggarakan proses belajar-mengajar di STT IKSM Santosa Asih, kegiatan edukasinya dilandaskan pada semangat yang tertuang dalam rumusan visi dan misi sbb:
“Menjadikan pelayan Tuhan yang hidup Kudus, Kuat Iman dan memiliki Kasih Kristus untuk melakukan pelayanan bagi umatNya”.
MISI LEMBAGA
Berdasarkan visi lembaga di atas, misi lembaga adalah untuk:
Memperlengkapi pelayan Tuhan untuk melaksanakan Amanat Agung dalam pengajaran dan penggembalaan secara berkesinambungan bagi umatNya, anak-anak, remaja/pemuda maupun orang dewasa. Tujuan lembaga, yaitu:
Mempersiapkan SDM ungulan yang berpendidikan sarjana,magister dan doktor yang handal bagi gereja dan bangsa sebagai jawaban atas perkembangan globalisasi.
Visi Prodi PAK Menjadi Pelayan Tuhan yang memiliki jiwa pendidik yang professional, berdedikasi tinggi serta memiliki integritas yang kuat dan penuh kasih

Misi Prodi PAK
1. Membekali mahasiswa dengan nilai-nilai hidup dan pengajaran yang benar tentang firman Allah
2. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan yang berkualitas kompetensi agar menjadi pendidik yang memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi social.

Visi Prodi Teologi
Terwujudnya pelayan TUHAN yang memiliki integritas yang tinggi dan memahami Teologi yang benar berdasarkan Firman Allah
Misi
Memperlengkapi pelayan Tuhan secara kualitas dan kuantitas, berpikir dan berjiwa melayani dengan pemahaman Teologi yang benar.[12]
Dengan memaknai Sejarah Gereja Asia ini, penulis melihat adanya kesamaan dalam kaitannya dengan Visi & Misi STT IKSM. Dari program studi Teologi dan Pendidikan Agama Kristen juga terlihat dimana penjangkauan yang di lakukan STT IKSM ialah mempersiapkan Mahasiswa untuk penjangkauan  ke ladang-ladang Misi yang ada di Ruang lingkup domestik dalam artian Gereja dan Sekolah. Dimana Prodi Teologi dan PAK di persiapkan untuk fokus pada pelayanan Anak di ruang lingkup Gereja maupun Sekolah-sekolah. Lebih dari itu, Prodi Teologi juga dipersiapkan untuk melayani di ruang lingkup Gereja-gereja Denominasi dan Prodi PAK di persiapkan untuk melayani di Sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga Pendidik.









BAB III
PENUTUP
v  Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, penulis melihat dan menyimpulkan bahwa perjalanan perkembangan dan pertumbuhan Gereja yang ada di Asia itu dapat di lihat dari sisi Visi & Misi yang jelas. Kalau Visi yang tampak adalah Memenangkan jiwa untuk Kristus dan Misi yang dilakukan adalah menjangkau wilayah-wilayah baru atau ladang-ladang misi yang baru. Perkembangan Gereja semakin luas di wilayah Asia walaupun  terlihat adanya hambatan-hambatan dari sisi Pemerintahan seperti yang di alami Rasul Tomas. Misi pekabaran Injil secara cepat berkembang karena sudah adanya jalur-jalur perdagangan, sehingga para Misionaris memanfaatkan fasilitas itu untuk mengembangkan perluasan Gereja yang hampir mencakup seluruh Asia.
STT IKSM juga dalam hal ini melakukan Missiontrip ke daerah-daerah yang ada di Indonesia, dalam hal penjangkauan Mahasiswa baru untuk dipersiapkan menjadi Hamba-hamba Tuhan yang siap untuk dibina, dan kemudian di utus kembali pelayanan ke ladang-ladang Misi yakni Gereja dan Sekolah-sekolah tentunya.








DAFTAR PUSTAKA
E. Hoke, Donald, Sejarah Gereja Asia Volume 1. Malang: Gandum Mas, 2000.

Wetzel, Dr. Klaus, Kompendium Sejarah Gereja Asia. Malang: Gandum Mas, 2000.





[1] Donald E. Hoke, Sejarah Gereja Asia Volume 1. Malang: Gandum Mas, 2000. Hal. 233-234
[2] Dr. Klaus Wetzel, Kompendium Sejarah Gereja Asia. Malang: Gandum Mas, 2000. Hal. 10
[3] Ibid. hal. 11
[4] Donald E. Hoke, Sejarah Gereja Asia Volume 1. Malang: Gandum Mas, 2000. Hal. 236
[5] Ibid.
[6] Ibid. hal 237
[7] ibid
[8] Ibid. hal. 238
[9] Ibid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Etika Kristen

Quiz Alkitab Sekolah Minggu

Makalah Kepemimpinan Kristen