Makalah Eksposisi PL 1



MAKALAH

KORBAN DAN PERSEMBAHAN
(Imamat 7:37)
Diserahkan untuk memenuhi Persyaratan Mata Kuliah:



EKSPOSISI PERJANJIAN LAMA I





Dosen: Dr. Bernike Sihombing, MBS, M. Th.

Disusun Oleh:
Nama              : Rapi Antoni Sirait
Nim                 : 201502056
Semester         : III (tiga)







SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH
JAKARTA
2016/2017


DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah....................................................................................................
  2. Tujuan Penulisan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Kitab Imamat...........................................................................................
  1. Pengertian Korban Dan Persembahan...............................................................................
1.1    Korban Bakaran (עֹלָהʻ’ôlâh).............................................................................................
1.2    Korban Sajian (מִנְחָה ‘Minchah)........................................................................................
1.3    Korban Penghapus Dosa (ַטָּאָת "chatta'ath)....................................................................
1.4    Korban Penebus Salah (ָשָׁם ' “asham)............................................................................
1.5    Persembahan Pentahbisan (ִלֻּא  millu').........................................................................
1.6    Korban Keselamatanׁלֶם)  shelem)................................................................................
  1. Makna Korban Persembahan Dan Relevansinya Bagi Orang Kristen Masa Kini............
BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan.......................................................................................................................
  2. Aplikasi.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA





                                                                   





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

            Manusia pada umumnya membutuhkan pengajaran yang menyangkut tentang pertumbuhan rohani secara benar. Sejarah Alkitab mencatat bahwa manusia terpisah jauh dari Allah Sang Pencipta dikarenakan kejatuhan manusia ke dalam dosa. Oleh karena manusia telah kehilangan kemulian, yakni citra Allah yang kudus, maka manusia tidak lagi bisa berkomunikasi secara langsung dengan Allah.
            Namun, Allah tidak membiarkan dosa manusia berlarut begitu saja. Ia ingin menunjukkan belaskasihan-Nya kepada umat-Nya melalui penyertaan-Nya kepada bangsa Israel. Tuhan Allah menjalin komunikasi itu kembali kepada uma-Nya melalui hamba-Nya Musa. Bagi orang Kristen, Alkitab adalah pedoman atau petunjuk untuk membangun hubungan dengan Tuhan Allah yang manusia kenal dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
            Dalam makalah ini Penulis khusus membahas tentang bagaimana Allah membuat perjanjian kepada bangsa Israel melalui hukum (ketetapan) yang dibuat oleh Allah kepada bangsa Israel, yakni mengenai korban-korban persembahan sebagaimana tertulis dalam kitab Imamat 7:37. Maksud penulis mengangkat ayat ini adalah untuk mengetahui maksud dan tujuan Allah  membuat ketetapan ini dan apa kaitannya dengan orang Kristen zaman sekarang.

B.     Tujuan Penulisan
·         Apa yang dimaksud dengan korban Persembahan?
·         Apa Jenis-jenis dari Korban persembahan?
·         Apa Relevansinya bagi orang Kristen Zaman Sekarang?










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Kitab Imamat

Kitab Imamat adalah kitab ketiga dari kitab Taurat yang disebut oleh orang Yahudi sebagai “wayyiara” (dan Ia memanggil), ini menjadi perkataan pertama kitab itu dalam Perjanjian Lama berbahasa Ibrani. Dalam Misynah, kitab itu disebut dengan berbagai nama, yaitu hukum imam-imam (torat kohanim), buku imam-imam (sefer kohanim), hukum persembahan (torat haqqorbahim); nama-nama ini menunjuk kepada isi kitab itu.[1]
Dalam LXX, Imamat dinamai Leveiticon atau Levitikon (sc-biblion), yaitu (kitab) keimaman. Dalam Alkitab bahasa Latin, yaitu Vulgata, Imamat diberi nama Leviticus, yang sama artinya dengan (kitab) Imamat. Dalam bahasa Indonesia nama Imamat yang dipakai.[2] Kitab ini tidak berdiri sendiri sebagai karya terpisah, kitab Kejadian sampai dengan Ulangan menurut tradisi sejarah ditulis oleh satu orang, yaitu Musa. Kitab-kitab ini dikenal dengan nama Pentateukh, yang berasal dari bahasa Yunani, Pento (lima) dan Teuchos (alat), tempat untuk kitab gulungan atau kitab gulungan, karena kitab-kitab di atas ditulis lima kitab gulungan.
Waktu penulisan kitab ini + 1450-1410 SM (Kel. 40:17) dan juga tanggal peristiwa pertama dalam (Bil. 1:1), berarti semuanya disampaikan selama satu bulan.[3] Secara tepat, kitab Imamat melanjutkan riwayat dalam kitab Keluaran. Menurut riwayat itu bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir dan menyeberangi Laut Teberau dibawah pimpinan Musa. Sesudah mereka mengembara sedikit di padang Gurun, mereka tiba di gunung Sinai. Di gunung Sinailah Allah memberikan perintah-perintah-Nya (Kel. 20:1-17; Im. 7:38).[4]



B.     Pengertian Korban dan Persembahan
Dalam PL tidak memiliki kata umum untuk “korban” kecuali “qorban” yang jarang digunakan;[5]artinya yang dibawa mendekat (Qrb), dan secara praktis terbatas pada susastra keimaman. [6]Korban adalah pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan. Sedangkan Persembahan adalah [7] hadiah pemberian kepada orang yang terhormat (yang dihidangkan atau dipertunjukkan), yang ditujukan kepada orang yang di Muliakan.
Adapun poin-poin penting yang akan dibahas dalam Imamat 7:37 adalah sebagai berikut:
1.1  Korban Bakaran (עֹלָהʻ’ôlâh)
Berbicara tentang korban bakaran adalah sangat penting bagi Umat Israel pada waktu itu. Peraturan yang telah Tuhan Allah tetapkan mengenai korban bakaran dapat kita lihat dalam Imammat 1 :1-17, bahwa Allah berbicara langsung kepada hamba-Nya Musa, mengenai bagaimana cara mempersiapkan korban bakaran tersebut secara benar. Penjelasan terperinci dapat dilihat dalam Imamat 6:8-13.
[8]Korban bakaran dalam bahasa Ibrani “עֹלָהʻ’ôlâh”, akar kata ini berhubungan dengan kata kerja yang berarti “naik” melalui asap kepada Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korban bakaran adalah korban sembelihan yang di bakar di perapian, sehingga bau harumnya di bawa oleh asap naik keatas.
[9]Adapun tujuan korban bakaran ini ditetapkan oleh Allah yakni untuk menebus dosa umum yang tidak disengaja, dan jenis persembahan yang sesuai dengan keinginan Allah yaitu ternak jantan tanpa cacat atau dua ekor merpati. Inti dari korban bakaran ini ialah untuk menyenangkan hati Tuhan (Im. 1:9).

1.2  Korban Sajian (מִנְחָה ‘Minchah)
Korban sajian di bahas dalam Pasal 2:1-16; 6:14-23. Korban sajian sangat berbeda sekali dengan korban bakaran. Tidak satupun ayat-demi ayat menyinggungtentang ternak, melainkan berupa tepung halus, roti bundar atau tipis, atau hulu hasil dengan minyak, kemenyan, garam, tanpa ragi dan madu.
[10]Korban Sajian dalam bahasa Ibrani  מִנְחָה ‘Minha” , kata ini dipakai pada bermacam-macam hadiah, misalnya hadiah yang diberikan seorang Raja kepada seorang Raja yang lain sebagai tanda penghormatan, terimakasih, tanda kesetiaan, dan persahabatan. Tujuan dari pada korban sajian ini ialah memohon agar Allah berkenan.
Dari penjelasan diatas dapat dipastikan bahwa orang-orang Israel memberi korban sajian (hadiah upeti) kepada Allah sebagai ungkapan terimakasih karena Dia baik Hati. Sebagai tanda kesetiaan kepada Allah yang mengadakan perjanjian kekal dengan Umat-Nya. Korban sajian ini merupakan bentuk hasil bumi dimana para petani mempunyai kesempatan istimewa untuk bersyukur dan mengabdikan diri kepada Allah, karena hasil pekerjaan mereka dipersembahkan sama seperti hasil pekerjaan para peternak di persembahkan dalam korban bakaran.

1.3  Korban Penghapus Dosa (ַטָּאָת "chatta'ath)
Korban Penghapus Dosa [11]dalam bahasa Ibrani “ַטָּאָת "chatta'ath’, dapat diartikan “sebagai berbuat dosa”, artinya tidak dengan sengaja berbuat dosa. Korban penghapus dosa dibahas secara terperinci dalam pasal 4:1-5; 13;16:24-30. Dosa merusak hubungan kita dengan Allah dan menjadi rintangan bagi umat manusia. Tetapi sama seperti yang di jelaskan dari korban itu, ayat demi ayat dijelaskan bahwa Allah memberikan suatu cara untuk mengatasi rintangan (dosa) umat Israel pada waktu itu.
Ada beberapa perbedaan khusus mengenai korban penghapus dosa ini, yakni jenis persembahan yang berbeda bagi setiap kalangan atau lapisan: untuk Imam lembu jantan muada, jemaat: lembu jantan muda, pemuka: kambing jantan, rakyat jelata: kambing betina, orang miskin: dua ekor burung, dan amat miskin yakni tepung. Dalam semua upacara ini tidak ada bukti bahwa dosa dipindahkan pada setiap ternak persembahan itu, untuk menderita hukuman sebagai pengganti orang yang mempersembahkannya. Namun dikatakan bahwa lemaknya “menjadi bau yang menyenangkan bagi Tuhan” (4:31).

1.4 Korban Penebus Salah (ָשָׁם ' “asyam)
Korban Penebus Salah [12]dalam bahasa Ibrani  ָשָׁם ' “asyam”, dapat diartikan ‘pada waktu diketahui bahwa dia bersalah”. Korban penebus salah di bahas dalam pasal 5:14; 6:1-7. Dalam situasi ini umat Israel pada saat itu diperhadapkan dengan dosa mengenai berubah setia terhadap Tuhan: maksud dari ungkapan ini dijelaskan dalam kalimat yang terdapat dalam pasal 6 ayat 2 dan 3, bahwa Tuhan melindungi barang milik manusia dan menjamin keamanannya. Sebab itu memungkirinya menjadi ketidaksetiaan kepada Tuhan.
Binatang yang dipersembahkan untuk korban penebus salah sama seperti korban penghapus dosa, namun ditambah ganti rugi. Petunjuk-petunjuk tentang korban penebus salah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pasal 5:14-16, tentang dosa dibidang ritual yang merugikan para imam, pasal 5:17-19 tentang dosa yang tidak diketahui, dan pasal 6:1-7 tentang dosa yang berusaha mengambil dengan tidak sopan barang orang lain. Dengan demikian pengakuan kesalahan adalah sangat penting dalam hal ini.

1.5  Persembahan Pentahbisan (ִלֻּא  millu')
Persembahan Pentahbisan [13]dalam bahasa Ibrani” ִלֻּא  millu” , yang berarti “memenuhi”, persembahan ini dapat disimpulkan untuk memenuhi syarat menjadi Imam. Persembahan pentahbisan yang dimaksud dalam Pasal 7:37 ini mengacu kepada pentahbisan Harun dan anak-anaknya, yakni menetapkan mereka menjadi Imam.sebagai peresmian yang ditetapkan Allah, bahwa Harun dan anak-anaknya harus membuat persembahan khusus, sebab mereka dipilih dan ditetapkan untuk menjadi Imam atas Umat Israel.
Dapat kita lihat dalam pasal 8:1-3, Allah sendiri yang memerintahkan Musa untuk memanggil Harun dan anak-anaknya. Adapun korban persembahan pentahbisan dalam upacara peresmian ini musa harus mempersiapkan korban penghapus dosa yakni; lembu jantan, dua domba jantan, dan roti yang tidak beragi. Tujuan dari ritual persembahan pentahbisan ini ialah supaya dipastikan ketidakmurnian lenyap secara menyeluruh dan semua bahaya dari pengaruh –pengaruh jahat diatasi.

1.6 Korban Keselamatanׁלֶם)  shelem)/ zebah syelamim
Korban Keselamatan dalam bahasa Ibrani “ ׁלֶםshelem” ; [14]“ zebah syelamim”,Kata zebah berarti “apa yang disembelih”. ‘Syelamim “ adalah bentuk jamak dari suatu kata Ibrani yang berasal dari kata yang terkenal, yaitu “syalom” yang menunjuk kepada kesempurnaan, kesehatan, kesejahteraan, damai, kedamaian, dan persetujuan antara dua pihak. Dalam upacara persembahan korban keselamatan ini, ternnak yang digunakan yakni, lembu jantan atau betina, dan domba jantan atau betina yang tidak bercacat cela.
Tujuan daripada korban ini adalah sebagai bentuk rasa syukur umat Israel atas berkat yang diterima dari Allah, misalnya seorang anak lahir, panen yang berlimpah-limpah terjadi, dia disembuhkan dari penyakit atauu di lepaskan dari ancaman musuh-musuhnya. Korban keselamatan ini merupakan kesempatan untuk bersukaria, sama seperti yang dikatakan dalam beberapa perikop, misalnya; Ul. 12:12; 18; 27:7. Adapun tujuan utama dari korban ini ialah untuk mengadakan, melanjutkan dan menguatkan perdamaian serta hubungan baik antara Allah dan umatnya.

C.    Makna Korban Persembahan Dan Relevansinya Bagi Orang Kristen Masa Kini
2.1  Mengenai Korban bakaran
Dalam Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB) Allah memberikan kepada manusia jalan bagaimana hubungan yang benar itu dapat dijalin. Oleh karena sifat-Nya yang penuh kasih itu terhadap kita, dinyatakan dan kita harus mempergunakan jalan itu. Dalam PL jalan itu adalah korban (melalui korban bakaran yang dipersembahkan). Dalam PB, korban Yesus Kristus yang sempurna sudah terjadi, tetapi korban itu harus dipergunakan kepada setiap orang melalui Sakramen Baptisan’
Baptisan adalah “tanda” tentang permulaan kehidupan kristen, dimana anak-anak atau orang dewasa menerima pengampunan dari Allah melalui Yesus, masuk persekutuan orang percaya, yaitu Gereja, dan diberikan janji bahwa Yesus menyertai dan membimbing sampai akhir zaman (Mat. 28:19-20). Melalui perbuatan baik juga kita telah melakukan korban syukur kepada Tuhan (Ibr. 13:15-16).
2.2  Mengenai Korban Sajian
Ada dua unsur dari korban sajian ini yang seharusnya direnungkan oleh orang Kristen. Yang pertama ialah bahwa kemurahan hati Allah harus selalu diingat, dalam artian bahwa dengan mngingat kemurahan Allah, kita semakin memperdalam hubungan dengan-Nya. Kalau peristiwa masa lampau dengan mempersembahkan korban sajian, sebaliknya kita yang hidup di masa PB melalui perjamuan Kudus, dimana Yesus Kristus memperlihatkan kasih dan pengampunan Allah dalam kehidupan kita (Mat. 26:26-27).
Unsur yang kedua ialah para pendeta dan para petugas Gereja yang lain, sama seperti Imam-imam di Israel, bergantung pada kaum awam dan harus menerima upah yang sesuai. Kita bisa membandingkan kata-kata Paulus dalam 1 Kor. 9:13-14.
2.3  Mengenai Korban penghapus Dosa
Tentang korban penghapus dosa ini dapat menolong kita untuk mengerti ayat-ayat dalam PB. Dosa merusak hubungan kita dengan Allah dan menjadi rintangan bagi manusia. Petunjuk-petunjuk tentang korban penghapus Dosa ini dapat kita lihat dalam surat Ibrani 9:22; 2 Kor. 5:21:; dan Yoh. 1:29.
2.4  Mengenai Korban Penebus Salah
Petunjuk tentang korban penebus salah ini ialah relasi antara manusia dengan Tuhan sangat berhubungan erat dengan relasi terhadap sesama manusia. Dosa terhadap sesama manusia, baik di bidang rohani maupun dibidang duniawi, adalah dosa terhadap Tuhan juga. Yesus menghubungkan pengampunan dari Tuhan dengan pengampunan seorang terhadap yang lain (Mat. 6:12; 5: 23-24).
2.5  Mengenai Persembahan Pentahbisan
Seorang pendeta kristen sekarang ditahbiskan (diurapi), sama seperti Imam-imam di Israel. Pada waktu itu, para Imam ditetapkan sebagai pemimpin dalam setiap upacara ibadah (dalam upacara korban persembahan). Demikian juga setiap pemimpin gereja (pendeta), sebelum ditahbiskan memimpin jemaat, misalnya kebaktian penahbisan calon pendeta harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kepercayaannya dan berjanji melayani jemaat secara setia, dan pendeta-pendeta lain yang hadir mengangkat tangan diatasnya sementara membaca ayat-ayat Alkitab.
Memberikan kuasa untuk membaptis dan melayani Perjamuan Kudus adalah hal yang sangat penting, sebab itu Gereja Kristen selalu membuatnya dalam Ibadah yang khusus. Karena ditetapkan sebagai pemimpin, maka pendeta harus dihormati, sama seperti Imam besar di Israel, orang-orang Israel menghormati Para Imam.
2.6  Mengenai Korban Keselamatan
Korban keselamatan ini berbicara mengenai ucapan syukur bangsa Israel dari hati mereka yang bersukacita atas berkat yang diterima. Hubungannya bagi orang-orang kristen pada saat ini ialah bahwa kita yang di dalam Kristus Yesus haruslah mengingat Kasih Allah yang besar karena kita telah ditebus oleh-Nya.
Dalam Kis. 2:46-47, orang-orang kristen zaman dahulu ‘memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati, sambil memuji Allah”. Perlu di ingat, jika kita tetap setia kepada Allah yang memberkati kita terutama dengan perantaraan korban dan kebangkitan Kristus, maka kita mendapat kegembiraan dan kepuasan melalui hal-hal yang biasa setiap hari, termasuk makanan.
Dalam Perjamuan Kudus, korban dan kebangkitan Kristus itu menjadi realitas dalam kehidupan kita secara lebih dalam. Kita menyerahkan diri kita kepada Allah dan mendapat sukacita serta kebahagiaan yang lebih dalam.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Korban dan Persembahan” yang tertulis di dalam Imamat 7:37 ini sangatlah penting sekali untuk dipahami dimana didalamnya ada banyak syarat-syarat peesekutuan manusia dengan Allah. Dimana Allah menunjukkan Standart kehidupan yang Kudus kepada umat-Nya menurut ketetapan yang diberikan dengan cara mempersembahkan korban bagi-Nya.
Namun dari berbagai macam korban yang diberikan kepada Allah oleh manusia, dosa itu tetap ada. Dalam semua upacara ini tidak ada bukti bahwa dosa dipindahkan pada setiap korban persembahan itu untuk menderita hukuman sebagai pengganti orang yang mempersembahkannya. Seluruh korban persembahan itu hanya menutupi dosa bukan menghapusnya, sebab tidak ada satupun korban itu yang sempurna, hanya darah Kristus yang dipersembahkan sekali untuk selama-lamanya yang merupakan korban sempurna.
Ibrani 10:4; “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau domba jantan menghapus dosa”, melainkan di katakan dalam Yohanes 1;29;”Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa Dunia’. Dengan demikian kita patut bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada kita, sebab oleh karena hasil karya-Nya yang di anugerahkan kepada kita melalui penebusan di kayu salib dan mempercayai-Nya maka kita beroleh pengampunan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih Fokus dan details dalam memnjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

3.3 Aplikasi
Penulis menyimpulkan penerapan praktis sebagai berikut:
·         Menjaga Kekudusan diri Pribadi
·         Mengasihi Tuhan dengan Kekudusan
·         Mengasihi Tuhan dengan memberikan apa yang kita miliki
·         Mengasihi sesama dengan kekudusan sesuai kemampuan
·         Membayar Nazar dengan menyerahkan diri kita kepada Tuhan

DAFTAR PUSTAKA

M. Patterson, Robet: Tafsiran Kitab Imamat, Jakarta, BPK Gunung Mulia.

Lasor, W. S: Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta, BPK Gunung Mulia.

Bruce, FF, dkk: Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih.

P. Aritonang, Mangatas: Diktat Pengantar Perjanjian Lama.

KBBI Online.





















[1] FF Bruce, Ensiklopedi, Alkitab Masa Kini, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992. Hal. 428
[2] Ibid
[3] M.P. Aritonang, Diktat Pengantar PL I, hal. 44
[4] Robert M Patterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2003. Hal. 5
 [5] Ff. Bruce, Ensiklopedi, Alkitab Masa Kini. Jilid 1, Jakarta, Yayasan Bina Kasih, 1992. Hal. 572
[6] Kbbi
[7] Kbbi
[8] Robert M Patterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2003. Hal. 31
[9] W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, taurat dan sejarah, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2012. Hal. 220
[10] Robert M. Patterson
[11] Robert M. Patterson
[12] Robert M. Patterson
[13] Robet M. patterson
[14] Robert M. patterson

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Etika Kristen

MAKALAH SEJARAH GEREJA ASIA

Ringkasan Buku Teologi Dasar I