Makalah EKSPOSISI PB III Yesus Sebagai Imam Besar Yang Agung
MAKALAH
Dosen: Dr. Junior Nathan Silalahi, M. Th.
Disusun Oleh:
Nama
: Rapi Antoni Sirait
Nim
: 201502056
Semester : V
(Lima)
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH
JAKARTA TIMUR
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pertumbuhan
yang pesat dari Gereja orang-orang bukan Yahudi yang terlepas dari Yudaisme
baik dalam sifat maupun keyakinannya hanya dimungkinkan oleh perpisahan yang
tegas dan mutlak di antara keduanya. Anggota-anggota Gereja Yahudi masih
berpegang kepada pelaksanaan hukum secara ketat, meskipun mereka mempercayakan
keselamatan mereka kepada Yesus, sang Mesias. Ketegangan di antara orang-orang
Yahudi yang terasa sepanjang tiga puluh tahun yang pertama dari sejarah Kristen
makin menghebat ketika Gereja menyaingi Sinagoge dalam jumlah pengikut dan
dalam perkembangannya di dunia. Penolakan bangsa Yahudi terhadap pemberitaan
Kristen akhirnya sampai pada tahap di mana Paulus sendiri melepaskan harapan
akan terjadinya pertobatan nasional. Meskipun ia pernah berkata, “Aku mau
terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsa ku,
secara jasmani…”(Roma9:3).[1]
Bagi
orang-orang Kristen Yahudi ketegangan ini menimbulkan suatu masalah tersendiri.
Semua orang Kristen percaya pada kekuasaan ilahi dari kitab suci Perjanjian
Lama dan menggunakannya sebagai dasar iman serta perbuatan mereka. Penulis
surat Ibrani sangat yakin bahwa tidak ada artinya orang Kristen mengikuti
tuntutan-tuntutan keagamaan dari Taurat. Pemberitaan Yesus adalah sabda Allah
yang terakhir bagi manusia. Para Nabi dan orang-orang lain di Israel purba
telah berbicara atas nama Allah kepada orang-orang zaman mereka sendiri, tetapi
sekarang mereka semua telah dilampaui oleh Yesus (Ibr. 1:1-3). Bahkan Musa dan
Yosuapun tidak berarti dibanding dengan Yesus, begitu juga dengan para malaikat
yang menurut tradisi Yahudi dihubungkan dengan diberikannya Taurat (Ibr.
3:1-4:13). [2]
Yesus
juga jauh lebih besar dari Harun, Imam pertama dalam Perjanjian Lama (Ibr.
1:4-2:18). Harun hanyalah seorang biasa, yang berbuat dosa sama seperti
orang-orang lain. Tetapi Yesus adalah Anak Allah. Tetapi Ia tidak terpengaruhi
olehnya, dan ia dapat di anggap sebagai Imam Besar Agung, yang telah menjadi
Pokok Keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr.
4:14-5:10). Penulis surat Ibrani mengemukakan Melkisedek sebagai Gambaran
Perjanjian Lama yang lebih cocok mengenai apa yang dilakukan Yesus (Ibr.
5:11-7:28). Melkisedek merupakan tokoh yang samar-samar. Dalam salah satu
Mazmur, Raja di Yerusalem disebut “Imam untuk selama-lamanya, menurut
Melkisedek” (Maz. 110:4), dan banyak orang Kristen merasa bahwa hal itu
menggambarkan Yesus. Ia juga muncul secara singkat dalam kisah Abraham (Kej.
14:17-20).
Untuk bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah
Mesias kepada orang-orang Yahudi yang tidak tahan atas masalah-masalah dari
orang-orang yang sebangsa dengan mereka dan ingin kembali ke agama Yahudi,
penulis kitab Ibrani membuktikan ‘superioritas Yesus Kristus Sebagai Imam
Besar’ dengan mencuplik Melkisedek. Kitab Ibrani yang sangat rinci menjelaskan
bagaimana peraturan yang ada di dalam Perjanjian Lama kemudian Penulisannya
secara gamblang untuk memperjelas siapa itu Musa, Harun, dan Melkisedek lalu
kemudian di bandingkan kepada Yesus. Untuk mengetahui Imam Besar yang Agung
tentu kita terlebih dahulu harus mengetahui apa itu Imam Besar Agung dan apa
kualifikasi untuk menjadi Imam Besar
yang Agung serta bagaimana Imam Besar menurut peraturan Melkisedek itu, barulah
kita dapat memahami apa maksud dari teks Ibrani 4:14-16; 5:1-10 dan 7:1-9. Dalam
penulisan makalah ini penulis akan fokus membahas sesuai dengan makalah yaitu,“YESUS
SEBAGAI IMAM BESAR YANG AGUNG”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Imam Besar yang Agung itu?
2.
Bagaimana Tafsiran Teks Ibrani 4: 14-16;
5:1-10; 7:1-10?
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Definisi
Imam Besar yang Agung
Dalam puak
Kehat pelayanan Imam Besar (Ibrani hakkohen,
“imam” (Kel. 31:10); hakkohen
hammassyiakh, “Imam yang ditahbiskan (Im. 4:3); hakkohen haggadol, “imam besar” (Im. 21:10) diwakilkan kepada yang
tertua dari keluarga Eleazer, kecuali sangsi-sangsi Im. 21:16-23 dapat
diterapkan atasnya. Ia ditahbiskan dengan cara yang sama dengan imam-imam yang
lain dan mendapat bagian dalam tugas-tugas rutin mereka. Ia sendirilah yang
memakai pakaian khusus (Kel. 28); dan menafsirkan Firman Tuhan (Urim dan
Tumim). Pada hari pendamaian ia mewakili umat yang terpilih itu dihadapan
hadirat Tuhan, memercikkan darah kambing yang dikorbankan tutup pendamaian.[3]
Menurut
W. R. F. Browning dalam bukunya Kamus
Alkitab, Imam Besar adalah Jurubicara umat Israel kepada Allah, dan
jurubicara Allah kepada Umat-Nya. Harun dan Eliazer, penggantinya, adalah
perintis lembaga ini (Bil. 27:21), yang disebut juga dalam Im. 21: 10. Ia
sendiri diurapi dan memiliki otoritas atas pejabat-pejabat biasa. Kepadanya
dikenakan baju efod, yang di dalamnya serangkaian batu menyatakan nama-nama
kedua belas suku Israel, dan di kepalanya dikenakan semacam sorban atau topi
tinggi (Kel. 28:36-37).[4]
Sedangkan
Menurut Abraham Park Dal am bukunya Imam
Besar Yang Dijanjikan Dengan Sumpah, Imam adalah orang-orang yang dibedakan
dari antara suku Lewi dan yang bertugas melakukan pekerjaan yang berhubungan
dengan pemberian persembahan; dan imam besar yang merupakan kepala dari para
Imam adalah wakil dari seluruh Umat Israel di hadapan Allah.[5]
Di
Kitab Ibrani, dengan menunjuk kepada Yesus, dicatatlah ungkapan “imam” (hiereus) sebanyak 18 kali, dan “imam
besar” (archiereus) sebanyak 10 kali.
Di kitab Ibrani, ekspresi yang tidak umum yang menunjuk pada jabatan imam dari
Yesus adalah “Imam Besar Agung” (archierea
megan; Ibr. 4:14), “Imam Besar” (hierea
megan; Ibr. 10:21). Bahasa Yunani dari kata “Besar” dalam ungkapan tersebut
adalah megas yang jika digunakan pada
sosok yang berkepribadian akan berarti ‘terbaik’, ‘hebat’, atau ‘unggul’. Yesus
Kristus adalah Imam terbaik dari antara imam-imam, dan dari antara imam-imam
besar yang mengepalai imam-imam pun, Yesus adalah Imam Besar yang Tertinggi.
Oleh karena itu, betapapun hebat seorang imam besar dari garis keturunan Harun,
Secara Fundamental terdapat perbedaan yang besar antara mereka dan Yesus
Kristus.[6]
Jadi,
dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa Imam Besar yang Agung merupakan
diri Yesus Kristus itu sendiri, sebab hanya Dialah yang memenuhi
persyaratan Hukum Sebagai Imam Besar. Tuhan Yesus adalah Imam Besar yang
sempurna yang di angkat Allah sebagai pengantara sepanjang Masa.
B.
Tafsiran
Teks
1.
Ibrani
4:14-5:10. Kristus, Imam Besar Kita Yang Agung
Tentang
Imam Agung yang sempurna. Tugas Imam Agung ialah menyampaikan Firman Allah
kepada Manusia dan membawa manusia masuk ke hadirat Allah. Imam Agung yang
demikian itu harus sungguh-sungguh mengenal manusia dan sekaligus mengenal
Allah. Surat Ibrani ini hendak membuktikan bahwa Yesus adalah Imam Agung yang
dimaksudkan.
Ayat
14. Sebagai Kristen kita sekarang
mempunyai (kata-kata ini ditekankan) Imam Besar yang Agung, artinya: Agung
dalam tabiat-Nya yang hakiki, Sebab Ia adalah kedua-duanya, benar-benar Manusia
dan benar-benar Allah. Di dalam pemenuhan pekerjaan-Nya sebagai Imam Besar, Ia
telah melintasi semua langit, masuk ke hadirat Allah sendiri, di mana Ia duduk
di atas tahta (bnd. Ef. 4:10). Perhatikanlah, bahwa penaikan ke takhta ini
terkandung dalam ayat 16; juga hal itu dengan tegas dinyatakan berkali-kali
(lih. 1:3, 13; 8:1; 10:12). Karena kemanusiaan-Nya dan pengalaman duniawi-Nya,
Ia bukan tidak mengetahui batas-batas
kemanusiaan dan pencobaan-pencobaan kita. Karena itu kita seharusnya
memegang teguh pengakuan iman Kita kepada-Nya, dan masuk menikmati
keuntungan-keuntungan, yang dapat kita peroleh karena pekerjaan imamat-Nya.
Ayat
15, 16. Dengan penuh keberanian (ay 16), yaitu
dengan pengungkapan yang jelas akan iman kita dan keperluan kita, kita sekarang
boleh menghampiri takhta Allah sendiri untuk mendapatkan di sana, bahwa takhta
itu adalah takhta kasih karunia dan kemurahan ilahi, dimana kita senantiasa
boleh menerima belas kasihan mengingat kelemahan dan dosa kita, dan dimana kita
boleh mendapatkan kasih karunia yang akan memberikan kepada kita pertolongan
pada waktunya, yaitu pertolongan yang cocok dengan keperluan pada masa kini. Kelemahan-kelemahan kita (ay 15).[7]
Kata Yunani dari Kelemahan adalah “astheneia”
yang menunjuk kepada “kemiskinan’, ‘kelaparan’, terkena penyakit’, atau
‘sakit fisik maupun mental’, yaitu segala macam ketidaksempurnaan yang dimiliki
manusia. Lalu dalam kata Turut Merasakan dalam Yunani ialah “Sympatheo” yang berarti ‘memiliki perasan
yang sama’, bersimpati’, atau ‘mengasihani’.[8] Adalah kelemahan-kelemahan yang di
sebabkan keadaan kita yang terbatas
sebagai makhluk, ump kepayahan, mengerut karena kesakitan, dsb. Semuanya
itu di alami sendiri oleh Anak yang menjadi daging. Hanya tidak berbuat dosa. Ungkapan ini dapat menguraikan hasil
pencobaan-Nya (yaitu: Ia tidak pernah jatuh kedalam dosa), atau juga suatu
perbedaan dalam caranya Ia dicobai (yaitu: pada-N ya tiada tabiat dosa, tiada unsur dosa dari
dalam). Menghampiri (ay 16); kata
Yunani disini dipakai secara umum bagi penghampiran imam kepada Allah. Hak
Istimewa ini dahulu hanya terbatas bagi
beberapa orang terpilih saja, tapi sekarang diperluas kepada semua umat Allah.
Demikian juga yang dapat kita masuki itu bukan hanya sebuah tempat kudus
duniawi, yang hanya berfungsi sebagai lambing, melainkan kehadiran Allah
sendiri.[9]
2.
Ibrani
5: 1-10. Kualifikasi dan Pekerjaan Tuhan Kita Sebagai Imam Besar diuraikan.
Seorang
Imam Besar diangkat untuk bertindak bagi manusia dalam hal-hal yang ditujukan
kepada Allah, teristimewa untuk mempersembahkan korban-korban kepada Allah yang
bersangkutan dengan dosa (ay 1; bnd 9:7). Ia harus dipilih dari antara manusia, dan sebagai seorang yang benar-benar manusia,
harus dapat secara sempurna mengerti kelemahan-kelemahan manusia (ay 2).
(Penentuan sifat-sifat ini sudah dinyatakan sebagai benar bagi Imam Besar kita;
lih. 2:18; 4:15). Demikian juga Ia tidak boleh memberanikan diri untuk
mengambil tugas itu sendiri; untuk tugas itu Ia harus dipanggil dan diangkat
oleh Allah (ay 4). Semua itu (dalam urutan yang sebaliknya) dinyatakan sebagai
benar tentang Kristus, karena penulis memandang kepada pengangkatan ilahi-Nya,
kemanusiaan-Nya yang sempurna dan sebagai hasil kecakapan-Nya untuk mengerti
dan pelayanan serta pekerjaan-Nya. Sebab Allahlah yang dengan membangkitkan-Nya
dari kematian, mengakui-Nya sebagai Anak-Nya (ay 5), serta dengan cara terbuka
menyatakan pengangkatan-Nya sebagai Imam yang Kekal menurut suatu peraturan
yang berbeda dengan peraturan Harun, yaitu Menurut
Peraturan Melkisedek (ay 6). Ia juga dapat secara sempurna mengerti akan
manusia dalam hidup mereka di dalam daging. Sebab Ia sendiri, sekalipun Ia
adalah Anak Allah, belajar sebagai manusia dalam pengalaman hidup duniawi-Nya
tentang arti sepemuhnya dari ketaatan, pemasrahan kepada kehendak Allah di
depan penderitaan manusia yang luar
biasa dan kuasa maut (ay 7, 8). Inilah caranya bagaimana Ia mencapai
kesempurnaan secara manusia, yang mencakapkan Dia untuk memasuki pekerjaan-Nya
(ay 9). Karena sifat-sifat yang demikian itulah Allah dengan
sungguh-sungguh memberikan kepada-Nya
gelar yang patut bagi-Nya, yaitu gelar Imam Besar Menurut peraturan baru yang
Kekal (ay 10). Dan dengan demikian Ia sepenuhnya berwenang untuk bertindak
sebagi Ia sudah menjadi satu-satunya yang mencukupi dari Keselamatan
yang Abadi bagi semua orang yang
belajar dari pada-Nya untuk memberi jawaban kepercayaan dan ketaatan yang sama kepada kehendak dan jalan Allah bagi manusia (ay 9).[10]
Ayat 1,
2 . Dosa, yang ditutupi oleh
korban-korban yang ditentukan Taurat adalah dosa yang diakibatkan kelemahan
manusia, kejadian-kejadian menyesatkan yang karena tidak tahu (ay 2)., jadi
bukan dosa yang disengaja dilakukan (lih. Bil 15:28-30). Seorang Imam Besar
manusia biasa akan dapat menunjukkan pengertian terhadap orang yang berbuat
salah demikian itu, sebab sebagai manusia ia sendiri menderita karena
kelemahan-kelemahan yang sama.
Ayat
3. Demikian juga, dengan alasan-alasan yang sama, ia harus mengorbankan korban
penebusan bagi dosa-dosanya sendiri. Keadaan Kristus tentu berbeda sekali dalam soal terakhir ini. Sebab Ia
tidak bernoda (7:26). Sekalipun demikian simpati-Nya jelas nyata. Orang tidak
perlu dikalahkan oleh pencobaan untuk menyadari benar-benar tekanan pencobaan
itu atas manusia kodrati. Sungguh hanya Dia yang bertahan sampai akhir
merasakan berat sepenuhnya dari pencobaan itu. Bnd. 2:18:4:15.[11]
Ayat
5, 6. Kutipan-kutipan PL dalam ayat-ayat ini berasal dari dua Mazmur Mesianis
yang penting (Maz. 2:7 dan 10:4). Kedua Mazmur ini secara penting sekali
menekankan dengan menempatkan
berdampingan, bahwa Yesus yang ditinggikan itu adalah kedua-duanya. Raja
yang di atas takhta dan Imam yang Kekal.
Ayat
7. Ia telah mempersembahkan Doa. Kristus
berdoa, teristimewa di Getsemani, dengan permohonan yang sungguh-sungguh serta
mendesak untuk dibebaskan dari keharusan mati. Sekalipun tabiat kemanusiaan-Nya
segan untuk melalui jalan seperti itu (Mrk. 14:33-36), namun Ia berdoa dalam
jiwa yang pasrah dengan hormat serta ingin memberi jawaban berdasarkan ketaatan
kepada kehendak Allah, sebagai seorang yang sudah disiapkan utnuk belajar –
demikianlah kesalehan-Nya – bahwa
tiap keadaan dan pengalaman mendapat tempatnya di dalam rencana Allah Bapak.
Berdoa yang demikian didengarkan. Ia dikuatkan untuk melakukan kehendak Allah
melalui’ meminum isi cawan’.
Ayat
8. Juga karena pengalaman yang serba disiplin demikian itu, Ia sekalipun Anak
Allah, belajar arti yang sepenuhnya
serta harga ketaatan manusia, dan karenanya disempurnakan dalam
sifat-sifat kemanusiaan-Nya, dan dalam kecocokan-Nya untuk menjadi sebab bagi manusia
akan keselamatan yang bersifat Kekal. Manusia dapat menikmati keuntungan yang
sepenuhnya dari karya penyelamatan-Nya, hanya jika mereka dibaptiskan ke dalam
Roh yang sama, dan menjadi orang-orang yang dengan pengorbanan apa saja mau
menjadikan ketaatan kepada Kristus secara aktif menjadi praktik hidupnya yang
terus-menerus.[12]
Ayat 9. Yang aspek-aspek abadinya dihubungkan dengan Imamat Melkisedek. Berbeda
dengan Harun, Melkisedek merupakan Imam Allah yang Abadi, sebuah pokok yang
dibahas secara lengkap di pasal 7.[13]
Di Ibrani 5:1-10 dibahas mengenai
kualifikasi imam Besar. Imam Besar bertugas untuk menghapuskan dosa dengan cara
masuk seorang diri ke tempat maha kudus sebagai wakil umat dan memberikan
persembahan sesuai dengan firman Allah, dan dengan demikian menebus dosa serta
menuntun umat agar memiliki hubungan yang baik dengan Allah.[14]
Dari
penjelasan di atas secara garis besar terdapat 2 kriteria imam besar.
·
Pertama, Ia harus dipilih dari antara
manusia (5:1).
·
Kedua, Ia harus diangkat oleh Allah (5:4).
3.
Yesus
Kristus adalah Imam Besar Menurut Peraturan Melkisedek
Yesus
Kristus adalah Imam Besar Kekal yang mengikuti peraturan Melkisedek. Disaksikan
di Ibrani pasal 7:1-28 tentang keunggulan dari Imam Besar Yesus Kristus yang
datang menurut peraturan Melkisedek dengan sekali lagi menghubungkan ungkapan
“Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek”(Ibr.
5:10). Kuhususnya, di Ibrani 7:1-3 dijelaskan tentang keberadaan yang seperti
apakah Melkisedek itu, dan di Ibrani 7:4-10 dijelaskan mengenai keunggulan
Melkisedek jika dibandingkan dengan Imam-imam dari garis keturunan Lewi.
Kata
“peraturan” di Ibrani 5:10 adalah istilah militer dalam bahasa Yunani yaitu “Taxis” yang berarti berbaris sesuai
urutan, teratur, atau peringkat. Lalu kata “menurut” adalah preposisi bahasa
Yunani “kata” yang mengandung arti
menurut atau mengikuti. Oleh karena itu, ungkapan “menurut peraturan” berarti
‘berdiri dalam barisan yang sama’. Kita haruslah menyadari tentang Yesus yang
mengikuti peraturan Melkisedek dan berdiri dalam barisan iman yang
mengikuti-Nya dengan sepenuhnya.[15]
Tokoh
yang seperti apakah Melkisedek ini?
·
Pertama, Melkisedek adalah Raja Damai,
Raja Kebenaran. Melkisedek adalah orang yang menyambut dan memberkati Abraham
pulang setelah mengalahkan Kedorlaomer dan para Raja yang bersama-sama
dengannya (Kej. 14:17-20). Melkisedek adalah Raja Salem (Kej. 14:18; Ibr. 7:1).
Salem dalam bahasa Ibrani yang
berarti ‘damai’, sehingga Melkisedek adalah ‘Raja Damai’ atau ‘Raja
Ketentraman’ (Ibr. 7:2). Damai dan kebenaran adalah atribut dari Yesus Kristus.
Ia adalah sosok yang memberikan damai yang sejati kepada orang-orang dan
memerintah dengan adil (Yoh. 14:27; Maz. 89:14, 19:137).
·
Kedua, Melkisedek membawa roti dan
anggur serta memberkati Abraham (Kej. 14:17-20).
·
Ketiga, Melkisedek menerima persepuluhan
dan memberkati Abraham (Ibr. 7:4). Pada dasarnya, para imam dari suku lewi
memungut persepuluhan dari umat Israel (Ibr. 7:5). Namun, karena mereka adalah
keturunan-keturunan yang keluar dari pinggang Abraham, Abraham memberikan
persepuluhan kepada Melkisedek itu sama dengan para Imam dari suku Lewi juga
memberikan persepuluhan kepada Melkisedek (Ibr. 7:9-10). Melkisedek dan para
imam dari suku Lewi sama-sama menerima persepuluhan, tetapi dalam peraturan
Harun manusia-manusia fanayang menerima persepuluhan, sedangkan dalam peraturan
Melkisedek “yang menerima persepuluhan (Ibr. 7:8). Dari segi ini, peraturan
Melkisedek lebih unggul dari Peraturan Harun.
Perbedaan Peraturan dari Melkisedek
dan Peraturan Imam Lewi
·
Melkisedek
1.
Bukan dari kaum Lewi/Harun
2.
Yesus bukan dari keturunan (benih)
manusia secara fisik.
3.
Yesus masuk ke Ruang Maha Kudus 1 X
untuk selama nya
4.
Yesus adalah Korban Anak Domba
5.
Yesus sebagai Imam Besar dan sebagai
korban
6.
Jabatan Yesus sebagai Imam bersifat
Kekal
·
Bani
Lewi
1.
Harus berasal dari suku Lewi
2.
Harus dari Keturunan Harun
3.
Anak Sulung
4.
1 hari satu kali dalam satu tahun masuk
ke bait Suci
5.
Membawa Korban
6.
Menjaga kekudusan
Berulang-ulang atau
Regenerasi ke imaman.
Tidak
dapat di sangkal bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi
(7:7). Abraham diberkati oleh Melkisedek berarti bahwa Melkisedek lebih tinggi
dari pada Abraham. Suku Lewi merupakan keturunan dari Abraham. Oleh karena itu,
peraturan Melkisedek lebih tinggi dan tidak dapat dibandingkan dengan peraturan
Harun dari Suku Lewi (Ibr. 7 ayat 4-10).[16]
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa kutipan-kutipan yang di ambil
dari PL dan di ulas kembali di kitab Ibrani ini dalam fokus penekanannya
berpusat kepada Yesus Kristus. Supaya orang-orang Kristen Yahudi memahami
dengan benar Imam Besar Yang Agung itu adalah Yesus Kristus yang oleh
kematiannya sebagai pengantara kepada Allah Bapa telah menghapus dosa mereka,
bahwa di antara tempat Kudus dan Mahakudus tirai/tabir itu telah tersobek dari
atas kebawah supaya barang siapa yang percaya Yesus bisa masuk ketempat
Mahakudus jalan kekal yang baru yaitu Kristus sendiri.
Dengan
demikian supaya orang-orang Kristen Yahudi
tidak lagi menggunakan tradisi-tradisi PL untuk mempersoalkan
keimaman Yesus. Yesus, Anak Allah adalah Imam Besar Yang Agung, yang tidak
perlu lagi dipertanyakan sebab Ia sudah memenuhi syarat yang sempurna untuk
menjadi Imam Besar Yang Agung. Sebab Yesus pernah hidup di antara manusia dan
di pilih dari antara manusia dan Ia juga
yang di angkat/ditetapkan Oleh Allah sama seperti Harun di tetapkan dan dipilih
Allah.
v Aplikasi
Dengan
demikian kita sebagai orang Kristen yang percaya, tidak perlu lagi
mempersoalkan ke imaman Yesus sebagai Imam Besar Yang Agung, sebab Ia
adalah Raja Damai (salem) yang sempurna
bagi kita. Biarlah kita sebagai orang -orang percaya masa kini meyakini dengan
teguh siapa yang menjadi Imam Besar Yang Agung di dalam kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Tenny, Merrill C,
Survei Perjanjian Baru, Malang:
Gandum Mas, 2006.
Drane,
John, Memahami Perjanjian Baru,
Jakarta: Gunung Mulia, 2005.
Bruce, F. F, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I ,
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000.
Browning, W. R.
F, Kamus Alkitab (A dictionary of the
Bible). Jakarta: Gunung Mulia, 2008.
Park,
Abraham, Imam Besar yang Dijanjikan
Dengan Sumpah. Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2016.
_____
Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2006.
Pfeiffer,
Charles F, Tafsiran Alkitab Wycliffe
Volume 3 PB. Malang: Gandum Mas, 2008.
[1]
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian
Baru, Malang: Gandum Mas, 2006. Hal. 439
[2]
John Drane, Memahami Perjanjian Baru,
Jakarta: Gunung Mulia, 2005. Hal. 474
[3]
F. F Bruce, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid I , Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000. Hal. 424.
[4]
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab (A dictionary
of the Bible). Jakarta: Gunung Mulia, 2008. Hal. 148-149.
[5]
Abraham Park, Imam Besar yang Dijanjikan
Dengan Sumpah. Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2016. Hal. 112.
[6]
Pdt. Abraham Park, Imam Besar Kekal Yang
Dijanjikan Dengan Sumpah. Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2016. Hal.
332-333
[7]
_____
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2006. Hal. 742.
[8]
Pdt. Abraham Park, Imam Besar Kekal Yang
Dijanjikan Dengan Sumpah. Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2016. Hal.
333.
[9]_____
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2006. Hal. 742.
[10]
Ibid. hal. 743.
[11]
Ibid. hal 743.
[12]
Ibid. hal 743.
[13]
Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab
Wycliffe Volume 3 PB. Malang: Gandum Mas, 2008. Hal. 940.
[14]
Pdt. Abraham Park, Imam Besar Kekal Yang
Dijanjikan Dengan Sumpah. Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2016.
Hal335.
[15]
Ibid. hal. 340
[16]
Ibid. hal. 340-342.
Komentar
Posting Komentar