Laporan Baca ( Eksposisi Injil Sinoptik)


Identitas Buku

Judul          : Eksposisi Injil Sinoptik
Penulis       : Pdt. Dr. Marulak Pasaribu
Penerbit     : Gandum Mas


A.    EKSPOSISI INJIL SINOPTIK
Istilah ‘eksposisi’ berasal dari kata benda dalam bahasa Inggris yaitu dari kata ‘exposition’ artinya ‘pembentangan’ arti suatu tulisan. Eksposisi Injil sinoptik berarti pembentangan arti atau maksud penulisan teks-teks  Injil Sinoptik dan mengaplikasikan arti teks kepada para pembaca masa kini. Karena ‘eksposisi’ bertujuan untuk mrmbentangan arti dan tujuan penulisan, maka ‘eksposisi Injil Sinoptik’ berhubungan erat dengan disiplion ilmu teologia linnya, misalnya: Pengantar Perjanjian Baru (PB), Survey PB, Atlas Injil Sinoptik, Hermeneutika, Eksegese, dan lain-lain.
Hubungan Exposisi dengan Exegese sangat dekat dan sulit untukdipisahkan tetapi bisa dibedakan. ‘Exegese’ berasal dari kombinasi dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu: ex artinya keluar; dan egeisthai artinya memimpin atau memimpin keluar. Jika penekanan dalam ‘Exegese’ adalah mengutamakan penyelidikan tentang arti teks (dahulu ketika penulisan teks) dan bagaimana teks itu relevan untuk situasi sekarang, maka ‘Exposisi’ bertujuan untuk membentangkan maksud dan tujuan penulisan kita. Oleh sebab itu Eksposisi membutuhkan Eksegese untuk dapat membentangkan arti teks tersebut ke dalam bahasa si pembaca, misalnya ke dalam bahasa Indonesia dengan cara menjelaskan, mengeksposisikan dan mengaplikasikan suatu teks Injil Sinoptik. Eksegese adalah bagian dari Eksposisi.
Jika Hermeneutika adalah ilmu tentang prinsip-prinsip penafsiran maka Eksposisi dan exegese adalah penerapan, alat atau senjata dari ilmu itu. Dalam ilmu teologi, Eksposisi berarti pembentangan arti dengan tujuan untuk menemukan arti suatu teks kepada para pembaca masa kini. Eksegese adalah ilmu bantu untuk menemukan arti teks menurut pokok pikiran dan maksud penulis. Exegese menolong kita untuk terhindar dari kebiasaan-kebiasaan yang salah yang dilakukan oleh para pengkhotbah, yaitu dengan cara eisegesis atau memasukkan pikirannya ke dalam teks yang dibaca. Exegese boleh juga disebutkan sebagai usaha reproduksi kembali yang benar akan gagasan-gagasan penulis teks (Injil Sinoptik). Ia berfungsi untuk mencari penjelasan tentang hal-hal yang tidak secara langsung dapat dimengerti oleh para pembaca. Dengan demikian Hermeneutika menetapkan prinsip-prinsip yang akan dipraktikkan oleh Eksposisi dan Exegese.

B.     PENTINGNYA EKSPOSISI INJIL SINOPTIK
Ada beberapa alasan mendasar mengapa Eksposisi sangat penting.
Pertama, adalah perbedaan waktu antara penulisan Injil Sinoptik dengan para pembaca pada masa kini. Injil Sinoptik ditulis dalam rentang waktu yang sangat lama dengan para pembaca masa kini. Ia adalah sebuah kitab kuno (ancient text) yang ditulis kurang lebih dua puluh abad lalu. Bagi para pembaca Injil Sinoptik masa kini, menemukan arti dan maksud penulis tidaklah semudah seperti membaca buku-buku lainnya atau dapat dengan mudah menemukan arti sesungguhnya seratus persen persis seperti yang dimaksudkan penulis. Oleh sebab itu, ketika membaca Injil Sinoptik, kita perlu menempatkan posisi dengan mengambil tempat para pembaca atau penerima Firman pada waktu penulisan. Untuk itulah Hermeneutika, sebagai ilmu yang berhubungan dengan analisa suatu dokumen sangat dibutuhkan untuk menjembatani dap dari perbedaan waktu tersebut.
            Kedua, selain itu, setiap teks yang ada dalam Injil Sinoptik adalah produk historis yang ditulis dalam kurun waktu, situasi tertentu, dan terjadi pada masa lampau. Teks-teks injil Sinoptik tersebut adalah ungkapan dalam tulisan yaitu ada yang ditulis secara langsung setelah difirmankan Allah tetapi ada juga teks-teks yang ditulis kemudian setelah sekian lama Firman itu terjadi atau diucapkan. Injil Sinoptik ditulis kurang lebih 30 sampai 60 tahun setelah peristiwa itu terjadi. Pada saat ini kita tidak lagi memiliki tulisan-tulisan asli yang ditulis langsung oleh para penulis Alkitab atau apa yang disebut dengan authographa. Yang ada pada kita sekarang ini adalah salinan-salinan yang disalin turun-temurun yaitu dikenal dengan naskah-naskah kuno Alkitab. Terdapat kurang lebih lima ribu naskah dalam bahasa Yunani; Delapan ribu naskah dalam bahasa Latin; dan seribu naskah kuno dalam bahasa-bahasa lainnya. Diperkirakan semua naskah ini ditulis kurang lebih tiga ratus tahun setelah naskah asli ditulis.
            Naskah Yunani biasanya dibagi ke dalam empat kelompok yaitu: Naskah yang ditulis dari bahan alat tulis yang berasal dari papirus: Naskah yang ditulis dengan huruf besar atau yang dikenal dengan Uncials (baca unsial); Naskah yang ditulis dengan huruf kecil atau yang dikenal dengan minuscules( baca minuskul) ; Naskah yang ditulis dalam bentuk pragmen atau  lectionari. Papirus adalah sejenis tumbuhan air (sejenis bambu) yang tumbuh disepanjang sungai Nil. Papirus ini dipotong lalu dibelah dan dibersihkan kemudian lapisan yang halus dipakai menjadi alat untuk menulis naskah.  Pada zaman Perjanjian Baru (PB) material untuk alat tulis terbuat dari papirus dan para penulis Perjanjian Baru menggunakan bahan ini untuk naskah PB.
            Ketiga, adalah perbedaan budaya dan filosofi di antara penulis dan penerima Injil Sinoptik dengan para pembaca pada masa kini. Alkitab ditulis dalam alam pikiran, kebudayaan, dan keadaan Historis tertentu yang tidak sama dengan kita. Teks- teks Injil Sinoptik yang ditulis pada masa lampau berhubungan dengan konteks budaya para penulis dan pembaca atau penerima Injil Sinoptik. Oleh sebab itu, Hermeneutika akan menolong untuk memahami perbedaan tersebut. Misalnya kata ‘penginapan’ atau kataluma dalam penulisan PB tentu tidak sama dengan penginapan dalam konteks kita di Indonesia pada zaman modern ini (bdg. Luk. 2:4-6).
            Keempat, adalah perbedaan bahasa penulisan Injil Sinoptik dengan bahasa yang dimengerti si pembaca masa kini. Perjanjian Lama (PL) ditulis dalam bahasa Ibrani dan Aram, sedangkan PB ditulis dalam bahasa Yunani. Ketiga bahasa tersebut tidak lagi dipakai  untuk kehidupan sehari-hari pada masa kini. Kita memang mempunyai Alkitab, tetapi yang ada pada kita sekarang adalah terjemahan dan yang harus diingat adalah bahwa terjemahan adalah sekaligus sudah diisi dengan tafsiran. Hal lain juga perlu untuk di ingat adalah bahwa dalam menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain, tidak semua kata atau bahasa dapat diterjemahkan ssecara tepa, sesuai dengan maksud utama dari bahasa semula, sebab ada ungkapan-ungkapan, struktur dan idiom suatu bahasa yang tidak bisa diterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa lain. Misalnya, pengertian kata’ Lahir Baru’ dalam bahasa Yunani tidak persis sama  artinya dengan pengertian dalam bahasa Indonesia. Kata “anothen” mempunyai beberapa pengertian seperti: 1). Lahir dari atas atau from God, atau from Heaven ( bdg. Yoh. 3:7; 1:13); 2). Dari semula (bdg. Luk. 1:3); kembali (again) (bdg. Gal. 4:9).
            Kelima, melalaikan eksposisi itu berarti melalaikan otoritas Alkitab. Artinya jika para pembaca tidak menemukan arti teks Alkitab yang sesungguhnya sesuai dengan maksud penulis, maka para pembaca Injil Sinoptik menghilangkan arti yang sesungguhnya, yang dimaksud oleh  Allah melalui teks tersebut. Akibatnya, melalaikan arti dan maksud suatu teks Alkitab akan menimbulkan krisis-krisis teologis yang membawa perpecahan dalam Gereja. Misalnya adalah penting untuk menemukan apa arti dan maksud penulisan teks ‘Baptisa Yesus’ (bdg Mat 3:13-17; Luk3:21-22). Teks ini banyak di salah mengerti oleh para pembaca sehingga menuntut baptisan orang percaya harus sama dengan baptisan Yesus, yaitu bahwa baptisan baru sah,kalau persis seperti Tuhan Yesus ketika dibaptis.
Penghalang-penghalang semacam inilah yang mengakibatkan para pembaca yang masa kini kadang kala dapat kesulitan untuk dapat mengerti atau memahami arti dan maksud sebuah teks. Oleh sebab itu sebagai pembaca pada masa kini kita memerlukan suatu disiplin ilmu agar sdapat menemukan arti dan makna teks tersebut. Untuk itu para pengajar, gembala atau pengerja Gereja perlu mengembangkan kemampuannya untuk memahami isi berita injil sinoptik untuk disajikan sebagai bahan khotbah dan hemeneutika dapat dipakai sebgai alat bantu untuk menolong mereka dalam menjalankan tugasnya sebagai penyampai Firman Allah. Dengan demikian mereka yang dipanggil untuk melayani dan menyampaikan Firman Allah dapat menjadi komunikator Injil yang baik.
C.    PATOKAN-PATOKAN MENGEKSPOSISIKAN INJIL SINOPTIK
Injil sinoptik adalah Firman Allah yang disampaikan dalam bahasa manusia lalu kemudian dibentuk dalam bentuk kitab, maka ada tiga macam patokan yang harus diterapkan dalam mengeksposisikan injil sinoptik (Injil).
1.      Injil Sinoptik sebagai Firman Allah harus ditafsirkan dengan wewenang mutlak oleh Allah sendiri. Sebagai Firman Allah, maka isi dan ajaran Alkitab tidak dapat salah dan keliru atau inspirasi. Kemungkinan-kemungkinan pendapat perbedaan-perbedaan itu ada, namun harus dilihat apakah perbedaan semacam itu terjadi dalam pemahaman Wahyu yang berkembang.
2.      Injil Sinoptik adalah karya insani oleh sebab itu perlu ada patokan umum dalam mengeksposisikannya, antara lain:
a.       Teks yang hendak ditafsirkan haruslah dalam teks bahasa asli.
b.      Perkataan teks asli yang harus diartikan sebagai mana yang dimaksudkan oleh penulis.
c.       Melihat konteks teks yang dibaca.
d.      Memahami konteks historis teks baik dari sudut politik, kebudayaan, dan keagamaan.
3.      Sebagai akibat dari kedua patokan diatas, maka penafsir dapat menetapkan makna dan arti teks injil sinoptik. Yang dimaksud dengan arti dan makna injil sinoptik adalah apa yang sesungguhnya dikatakan dan dimaksudkan oleh injil sinoptik. Ada beberapa makna yang perlu diperhatikan, yaitu:  
a.       Makna ‘arti alamiah’ atau dalam istilah teologi disebut ‘sensus literalis, natural sense’. Apa pikiran, perasaan, dan teks? Allah menyatakan diri-Nya dengan berbicara kepada manusia dan menggunakan bahasa manusia sebagai sarana penyataan diri-Nya. Semua dilakukan Allah agar manusia dapat memahami maksud dan pikiran Allah. Jika Allah berfirman maka Ia hendak menyampaikan pesan kepada manusia untuk sepanjang masa. Semua yang penting untuk diketahui manusia telah dibukukan sebagaian dalam injil sinoptik. Pesan itu disampaikan dalam arti literal tetapi juga dengan cara viguratif, namun keduanya mempunyai arti alamiah. Itulah sebabnya seluruh teks mempunyai makna harafiah dan dalam penafsiran, makna itu yang harus selalu diutamakan.
b.      ‘Original sense’ dari penulis dan bagi pendengar . misalnya, apa maksud penulis injil Matius mencantumkan bahwa saksi mata kelahiran Yesus adalah ‘Orang-orang Majus?’ sementara Lukas memilih para gembala? Semua peristiwa ini adalah tindakan Allah untuk memberitahukan apa yang terjadi dan penulis memilih peristiwa ini untuk meberitahukan tentang siapa Yesus yang sesungguhnya.
c.       ‘General mining’ atau makna penuh dalam injil sinoptik (sensus plenaoir atau full sense) ada berita, ketika disampaikan tidak dalam sepengetahuan para penulis. Allah adalah konsisten dalam perkataan-Nya oleh sebab itu Ia tidak ada yang salah dan kurang dalam Firman-Nya. Dalam hal ini pembaca perlu mengerti apa yang disebut dengan Wahyu yang berkembang. Untuk ini ada dua cara untuk mengeksposisikan injil sinoptik yaitu historical – eksegetical riding dan teological – canonical riding. Kedua istilah ini dipakai untuk menguraikan dua cara membaca teks dan kedunya tidaklah sama. Eksposisi harus bersifat teologis dan teologi harus berasal dari hasil eksegese atau eksposisi. Dalam historical – eksegetical riding, yang terutama dilakukan adalah mendiskusikan suatu teks dalam arti semula dalam konteks historisnya, dalam pemahaman penulisnya sebagai manusia dan menemukan isi beritanya untuk para pembacanya. Sedangkan dalam teological – canonical riding yang utama adalah membaca teks dalam terang wahyu Allah sebagai wahyu Allah, ada hal-hal yang kemudian dinyatakan dan dapat dimengerti dalam terang makna keseluruhan dari wahyu Allah selanjutnya.
Sebagai contoh baptisan Yesus harus dibaca dalam historical – eksegetical riding dan teological – canonical riding. Dalam peristiwa baptisan Yesus ada tiga peristiwa penting, yaitu; Roh Kudus turun, suara dari surga dan langit terbuka. Ini adalah historical – eksegetical riding artinya peristiwa itu historis sebagai penggenapan janji Allah. Baptisan Yesus juga mempunyai teological – canonical mining artinya, baptisan Yeus adalah suatu proklamasi tentang pelayana Yesus sebagai Mesias yaitu dimulainya suatu jaman baru yaitu unsur ketiga hal diatas telah hilang sejak nabi-nabi terakhir. Setelah Maleakhi, maka tidak adalagi Roh Kudus berbicara, tidak adalagi suara dari surga, dan tidak adalagi nabi-nabi berbicara. Ketika peristiwa ini terjadi, Yohanes belum mengerti apa yang terjadi sesungguhnya. Pengertian tentang baptisan Yesus baru dapat dipahami ketika kita kembali kepada berita semula dan dalam terang penggenapannya dalam berita kitab-kitab injil.
           
D.     KUALIFIKASI SEORANG PENAFSIR
1.      Mengandalkan Roh Kudus.
Roh Kudus adalah pembimbing terbaik dalam mempelajari injil sinoptik, dan eksposisi adalah sarana atau teknik untuk menafsirkan injil sinoptik, oleh sebab itu hakikat eksposisi harus konsisten dengan injil sinoptik. Jika penulis injil sinoptik berbicara dari Allah melalui, maka Roh Kuduslah yang dapat mengeksposisikan Injil sinoptik. Penafsir terbaik dari Injil Sinoptik itu adalah penulis itu sendiri. Roh Kudus mengkomunikasikan Firman Allah kepada manusia dengan dua cara, yaitu melalui wahyu dan iluminasi (bdg. Yes, 29:11, 12). Oleh sebab itu mengandalkan Roh Kudus adalah rahasia utama dalam mengeksposisikan Kitab Injil.

2.      Lahir baru (Yoh. 3:3-8)
Kualifikasi lain yang harus dimiliki oleh seorang penafsir adalah hidup baru di dalam Kristus. Yesus berkata bahwa Nikodemus perlu mengalami kelahiran baru supaya mengerti pengajaran Yesus. Elemen roh manusia membawa manusia dapat berkomunikasi dan kesadaran akan Tuhan, oleh sebab itu hanya melalui jalan Lahir baru maka penafsir dapat memahami Injil Sinoptik dengan benar.
Roh Kudus berkomunikasi atau memberikan penerangan melalui roh yang sudah mengalami pembaharuan. Roh Kudus adalah Guru yang Agung yang memungkinkan para penulis Injil Sinoptik dapat menuliskan Firman Allah. Karena Injil Sinoptik diberikan melalui Roh Kudus, maka para penafsir mutlak bergantung sepenuhnya kepada pencerahan Roh Kudus untuk mengeksposisikan Firman Allah (bdg. I Kor. 2:14). Roh Kuduslah yang dapat membukakan rahasia-rahasia Allah; menerangi para pembaca, dan memberikan pengertian yang benar terhadap Firman Allah.
3.      Disiplin Pribadi
Jika Roh Kudus membimbing para penafsir itu tidak berarti bahwa mengeksposisikan hanya mengandalkan Roh Kudus semata tanpa adanya perjuangan. Proses pendidikan Roh Kudus tidaklah membawa kita menjadi orang yang pasif dan menjadi orang yang tidak bertanggung jawab. Iluminasi Roh Kudus tidak mengabaikan usaha kerja keras manusia. Yesus sendiri mencela kedegilan hati para murid (Mark. 8:17-21). Kepada Timotius, Paulus mengingatkan bahwa Tuhan akan memberinya pengertian dalam segala sesuatu (II Tim. 2:7).
4.      Mempunyai Komitmen kepada Tuhan
Injil Sinoptik adalah Firman Allah, oleh sebab itu mengeksposisikan Injil Sinoptik tidak lepas dari hubungan si penafsir dengan yang empunya Firman. Dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik dituntut Iman, komitmen, kerendahan hati, dan ketaatan pribadi kepada Tuhan. Injil Sinoptik tidak dapat dipelajari dan diberlakukan semata-mata sebagai obyek ilmu atau sebatas ilmu pengetahuan saja. Oleh sebab itu mengeksposisikan Injil Sinoptik melibatkan Iman. Dalam bahasa latin dikenal dengan istilah : ”Te totum applica ad textum: rem totam applica ad te” artinya pribadi (pembaca/penafsir) seutuhnya diendapkan kepada teks; dan teks seutuhnya diendapkan kepada pribadi si pembaca. Itu berarti dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik dituntut totalitas dari pada pribadi si penafsir. Pengetahuan, hati, kesalehan, ketulusan, dan kesediaan kita, ditaruh berada di bawah kontrol dan bimbingan Roh Kudus melalui Injil sinoptik.
5.      Menbaca Injil Sinoptik disertai Doa, Sikap Kritis dan Ibadah
Doa merupakan unsur yang penting dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik. Melalui doa seseorang datang kepada Tuhan untuk memohon bimbingan dan penerangan Roh Kudus. Dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik sikap para pembaca juga perlu disertai dengan sikap kritis dan dengan sikap ibadah. Artinya, belajar kritis harus disertai dengan sikap ibadah, dan belajar beribadah yang benar harus disertai dengan sikap kritis. Belajar kritis yang dimaksud adalah suatu usaha untuk sampai kepada  pengertian arti yang sebenarnya dari pada penulis kitab dengan menggunakan segala alat-alat bantuan yang tersedia. Misalnya, dengan bantuan Kamus, Ensiklopedi, dan lain-lain. Seseorang yang mengeksposisikan Injil Sinoptik tidak dapat mengerti Injil Sinoptik dengan hanya sikap kritis. Jika seseorang tidak datang dengan kerendahan hati terhadap teks, atau tidak ada kesediaan untuk mengizinkan teks itu berbicara dalam kehidupannya, maka apapun dan bagaimanapun baiknya Firman Allah, ia tidak akan mendapat keuntungan dari dalamnya. Oleh sebab itu jika seseorang datang dan mengeksposisikan Injil Sinoptik dengan sikap beribadah dan bersikap kritis, maka Firman Allah menjadi sumber kehidupan, sumber kekuatan, dan sumber berkat yang mengalir seperti aliran-aliran sungai.
6.      Mengerti Hubungan PL dan PB
Telah disebutkan di atas bahwa sumber penulisan Injil sebagian berasal dari kutipan-kutipan PL. Sebagaimana diketahui bahwa Alkitab (PL) ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Ibrani dan Aram, sementara Alkitab PB ditulis dalam bahasa Yunani. Oleh sebab itu penggunaan PL dalam PB melibatkan bahasa dan budaya yang berbeda. LXX yang merupakan terjemahan alkitab dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani telah ada sejak tahun 250 BC. Para penerjemah Alkitab yakin bahwa Alkitab adalah untuk semua orang, oleh sebab itu para penerjemah Alkitab berusaha untuk menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa si pembaca agar dapat dimengerti olehb semua orang. Oleh sebab itu dalam membaca Injil sinoptik, para pembaca penting untuk kembali melihat setiap teks yang dibaca dalam hubungannya dengan PL.
E.     BEBERAPA KESALAHAN PENAFSIRAN
Kita sering menemukan kesalahan penafsiran baik masa lampau juga masa sekarang ini. Beberapa kesalahan yang dimaksud adalah:
1.      Penafsir tidak percaya isi berita Injil Sinoptik. Misalnya Markus 16:9-20; Matius 28:18-20.
2.      Melalaikan bahasa asli.
3.      Melalaikan konteks ayat yang dibaca dengan cara menafsir ayat-ayat secara terisolir atau terpisah.
4.      Kurang memperhatikan latar belakang teks yang sedang dibaca.
5.      Memakai Injil Sinoptikuntuk mencapai tujuan.
6.      Penafsir harafiah yang kaku.
7.      Mengalegoriskan segala sesuatu (bdg. Mat.21:1-11).
8.      Metode penafsiran dogmatis misalnya, Matius 16:18-19; Matius 3:13-17.
9.      Metode Rasional yang mengeksposisikan segala sesuatu berdasarkan rasio, Menolak semua yang berbau mukzijat.
10.  Metode Mitologis. Menolak semua yang bersifat supranatural dengan menganggapnya sebagai dongeng.

F.     INSTRUMEN PEMBANTU EKSPOSISI INJIL SINOPTIK
Setiap orang kristen sangat memahami betul betapa pentingnya peranan Injil Sinoptik dalam pertumbuhan iman dan dalam pengenalan terhadap Dia yang telah berfirman. Selain itu, setiap orang kristen telah menerima dan meyakini bahwa injil Sinoptik adalah Firman Allah yang dituliskan dan berfungsi sebagi pelita bagi jalan, sebagai terang bagi kehidupan, sebagi senjata dalam menghadapi musuh, dan lain-lain. Injil sinoptik adalah Firman yang memberi hidup dan menghidupkan bagi umat manusia. Peranan dan fungsi Injil Sinoptik tetap berlaku untuk sepanjang masa.
Bagi mahasiswa pelajar Injil Sinoptik, pelayan Firman (pengkhotbah) atau siapa saja yang hendak memperdalam pemahamannya terhadap isi berita Injil Sinoptik, menggunakan teks asli Injil sinoptik sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan beberapa hal yaitu: Pertama, Injil Sinoptik yang kita miliki sekarang disampaikan dan dituliskan dalam bahasa yang jauh berbeda dengan bahasa yang kita pakai sekarang ini. Injil sinoptik yang kita miliki sekarang disampaikan dalam bahasa Ibrani dan aram untuk kitab-kitab PL sedangkan PB ditulis dalam bahasa Yunani. Kedua, Firman Allah yang kita miliki Sekarang diberikan kepada umat-Nya melalui hamba-hamba-Nya beberapa ribu tahun yang silam, diberikan dalam budaya situasi dan konteks yang sangat berbeda dengan kita pada masa kini. Ketiga, Ahli bahasa atau penerjemah teks asli Injil sinoptik ke dalam bahasa lain juga mempunyai keterbatasan. Allah memilih Bahasa Ibrani sebab bahasa Ibrani adalah bahsa yang hidup, demikian juga dengan penggunaan bahasa Yunani yang penuh kekayaan arti dan mendalam. Ketiga hal ini menuntut para pelajar Injil sinoptik mau tidak mau harus menggunakan teks asli Injil sinoptik jika ingin mendapat pengertian yaang mendalam dari berita Injil Sinoptik.
Kita menyadari bahwa Roh Kuus memang adalah pembimbing sejati yang dapat menolong kita untuk memahami inti berita Injil Sinopti, namun itu tidak berarti kehadiran Roh Kudus tidak mengesampingkan usaha kerja keras untuk giat belajar dan mempelajari teks-teks asli dalam Injil Sinoptik.
Telah banyak usaha dilakukan untuk mempermudah pemahaman terhadap berita Injil sinoptik. Pertama, dengan menerjemahkan Injil Sinoptik ke dalam bahasa-bahsa lain, sehingga semua bangsa dapat memahami Firman Allah dengan benar, namun demikian sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa dalam alih bahasa harus diakui bahwa ada beberapa kendala atau keterbatasan dalam menerjemahkan. Oleh sebab itu dibutuhkan alat-alat bantu (instrumen) berupa kamus Ibrani-Yunani, Interlinear, dan lain-lain, untuk membantu kita memahami Injil sinoptiksesuai dengan maksud dan tujuan menurut teks aslinya. Beberapa usaha lain telah dibuat oleh orang-orang yang penuh bakat dan karunia untuk menolong para pembaca Injil Sinoptik untuk memahami berita Injil sinoptik dengan benar, yaitu dengan menerbitkan beberapa buku yang sangat bermanfaat untuk menjembatani kendala bahasa tersebut, dan dapat berfungsi sebagai pintu masuk untuk memahami arti teks asli Injil sinoptik. Ada beberapa instrument (buku) yang sangat bermanfaat untuk menjembatani para pembaca masa kin, supaya dapat memahami inti berita Injil Sinoptik, yaitu:
1.      George Ricker Berry. Interlinear Greek-English New Testament. Michigan: Baker Book House. 1981.
Kata Interlinear dapat diartikan sebagai usaha menempatkan tulisan (bahasa) di antara barisan (bahasa lainnya) yang ditulis dalam beberapa bahasa. Oleh sebab itu dari judul buku tersebut dapat dipahami bahwa penulis buku ini berusaha menerjemahkan teks asli Yunani kedalam bahasa Inggris yang dapat menolong para pembaca untuk membaca teks Injil sinoptik bahasa Yunan harafiah (Inggris). Penulis menempatkan terjemahan kata demi kata atau kalimat demi kalimat secara sejajar dalam bahasa Yunani dan Inggris. Terjemahan ini tentunya semula ditujukan kepada para pembaca dalam bahasa Inggris. Terjemahan ini ditempatakan dibawah tulisan naskah aslinya ( Yunani).
Selain menerjemahkan kata perkata, buku ini juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu: Pertama, dalam buku ini, disamping (pinggir) sebelah kanan teks terhadap terjemahan lain injil sinoptik yaitu terjemahan Kings James version (KJV) pembacaan untuk memahami teks Injil Sinoptik.
 Kedua, buku ini juga diperlengkapi dengan alat bantu dengan apa yang disebut dengan The Numerical Apparatus atau perlengkapan dengan alat bantu nomorisasi. Nomro ini juga sering disebut dengan nomor strong, karena nomor-nomor ini disesuaikan dengan Strong’s Exhaustive Concordance dari setiap kata dalam PB. Nomor ini biasanya ditempatkan diatas teks aslinya. Nmor strong sewaktu-waktu terdapat tanda salib itu berarti kata tersebut menunjukkan ada hubungannya dengan beberapa istilah yang diperlakukan secara khusus dalam buku ini yaitu apa yang disebut dengan bagian New Testamen Synonims. Istilah ini perlu diselidiki penggunaannya dalam Injil Sinoptik untuk menemukan arti yang tepat.
Dengan demikian teks-teks dalam buku ini terdiri dari tiga baris yang ditulis secara sejajar. Di atas adalah nomor Strong, tulisan di tengah adalah teks asli Yunani, dan bagian bawah adalah teks bahasa Inggris yang diterjemahkan secara kata perkata. Selain itu terjemahan dipinggir sebelah kanan adalah terjemahan Injil sinoptik dari KJV.
Kekuatan lain dari buku ini adalah berisi lengkap dengan Leksikonb Yunani-Inggris, atau studi kata dalam bahasa Yunani ke dalam bahasa Inggris. Bagian ini menjadi sangat penting, karena dapat menjelaskan secara singkat dan praktis tentang apa arti dan definisi kata tersebut.
Selain kekuatan-kekuatan sebagaimana disebutkan di atas, buku ini juga mempunyai kamus Yunani yang ditaruh di bagian belakang buku tersebut. Kamus ini berisikan nomor strong, kemudian diikuti dengan kata Yunaninya, kemudian pelafalan atau cara pengucapannya (pronounciation) dan terakhir adalah arti kata dalam bahasa Inggris.
2.      Friberg Timothy dan Barbara, Analytical Greek New Testament. Greek-Text Analysis. Michigan: Baker Book House. 1981.
Melihat judul buku yaitu analytical Greek New Testament langsung tampak jelas bahwa dalam buku ini mempunyai keunikan yang dapat secara langsung membantu para pengguna menganalisa teks asli (Yunani) yang ada dalam Injil sinoptik PB. Buku ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperdalam panggilan tentang arti teks, sebab analisa kata ditempatkan secara langsung di bagian bawah kata per kata teks asli.
Analisa kata yang dimaksud adalah tulisan yang ditempatkan di bawah kata perkata dari teks Yunani yang ditulis dengan huruf besar. Semua huruf pertama dalam analisa kata tersebutmenunjukkan jenis kata yang sedang diselidiki. Misalnya, jika huruf pertama dari kolom pertama adalah ‘N’ maka kata tersebut adalah kata yang sedang diselidiki adalah kata benda. Jika kata itu diikuti dengan huruf ‘P’, itu berarti kata yang sedang diselidiki adalah ‘ pronoun’. Huruf kedua atau huruf yang mengikuti menunjukkan apakah kata itu pronoun atau tidak. Jika kata tersebutadalah pronoun, maka akan segera diikuti dengan huruf ‘P’ , jika tidak maka huruf selanjutnya diikuti dengan tanda pisah (-). Kemudian para pengguna dapat meneruskan analisa kata dengan meneliti huruf-huruf selanjutnya.
Jika huruf pertama dari analisa tersebut adalah huruf ‘V’ , itu berarti kata yang sedang dianalisa terdiri dari kata kerja. Untuk dapat menganalisa lebih lanjut, maka kata tersebut bisa ditelusuri dengan menganalisa huruf-huruf selanjutnya. Misalnya, jika huruf berikut diikuti dengan ‘I’ maka kata tersebut adalah imperatif. Demikian penyelidikan dapat dilanjutkan.
Jika diantara huruf-huruf besar terdapat tanda box, itu berarti kata yang sedang dianalisa terdapat dua kemungkinan. Penyelidik dapat memilih salah satu kemungkinan dari dua pilihan. Jika terdapat tanda plus, itu berarti kata tersebut mempunyai hubungan dengan kata lain dalam teks.
Masih banyak buku-buku pegangan yang sangat bermanfaat sebagai alat bantu untuk eksposisi Injil Sinoptik, tetapi kedua buku tersebut merupakan syarat mutlak yangb harus dimiliki oleh seorang penafsir Injil Sinoptik, jika ingin menafsirkannya secara benar.
G.    LANGKAH-LANGKAH EKSPOSISI
Ada beberapa prinsip eksposisi yang wajar untuk diterapkan ketika seseorang hendak mengeksposisikan Injil Sinoptik yaitu:
1.      Menyelidiki Bahasa yang Dipakai
Memeriksa teks-teks dari dokumen yang sedang dipelajari merupakan langkah awal dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik. Dalam tahap ini para peneliti perlu mengetahui tujuan bagaimana teks itu diteruskan, dan apa yang terlibat dalam proses transmisi dalam kaitan dengan Orisinil yang sudah tidak ada.
Memeriksa Injil sinoptik yang sedang ditafsirkan mutlak diperlukan sebagai langkah utama eksposisi Injil sinoptik. Injil Sinoptik yang ada pada kita sekarang , secara khusus terjemahan baru  bahasa indonesia, diterjemahkan dari salinan-salinan teks asli. Gereja tidak lagi mempunyai teks yang ditulis langsung oleh penulis kitab (authographa), melainkan hanya memiliki salinan-salinan itu  ada yang paling sesuai dengan authographa. Salinan yang demikianlah yang perlu kita pakai untuk mengeksposisikan Injil Sinoptik. Dengan demikian kita dapat menemukan arti yang sebenarnya dari teks yang kita baca melalui bukti-bukti yang tersedia. Oleh sebab itu penelitian terhadap dokumen-dokumen atau naskah-naskah yang ada adalah merupakan langkah awal untuk mengeksposisikan atau mengeksposisikan Injil Sinoptik.
Pengenalan tentang jenis naskah-naskah atau manuskrip-manuskrip yang kita miliki sekarang ini dan yang digunakan dalam menerjemahkan Injil Sinoptik akan menolong kita untuk mengeksposisikan Injil Sinoptik. Ada beberapa jenis manuscript Yunani yang dapat dipercaya dan yang kita miliki sekarang yaitu: (1) Papirus, (2) Uncial, (3) Minuscula, dan lain-lain. Ada dua jenis naskah Yunani PB yang kemudian dipakai oleh para ahli untuk menerjemahkan Injil Sinoptik yaitu; (1) “Teks Receptus” yang berasl dari naskah Yunani Text Byzantium, (2) “Teks Modern” yang dikenal sebagai naskah Yunani PB yang sekarang disebut dengan “The Nestle-Aland Novum Testamentum Grace dan “ The United Bible Societies Greek New Testament”.
Textus Receptus adalah Teks PB bahasa Yunani yang juga dikenal sebagai “syirian text” menurut para ahli berasal dari abad ke-4. Pada umumnya teks ini dipakai oleh Gereja Ortodoks Yunani. Kardinal simenes menerbitkan Teks Yunani PB di Spanyol pada tahun 1514, yang berasal dari Teks Byzantium. Erasmus, pada tahun 1516 menerbitkan bahasa Yunani PB juga berdasarkan teks Byzantium. Teks ini kemudian dipakai oleh Marthin Luther untuk menerjemahkan Injil Sinoptik kedalam bahasa jerman. Naskah ini sekarang dikenal dengan sebutan “Textus Receptus” atau “Received Text” yang menjadi dasar untuk terjemahan King James Version.
2.      Mengenal Jenis Kesusasteraan (genre) yang Dibaca
Dalam langkah ini yang harus diperhitungkan adalah bahasa dan gaya yang dipakai oleh pengarang. Arti istilah ‘Genre’ adalah ‘macam’ atau ‘jenis’. Dalam mengeksposisikan isi berita Injil Sinoptik, langkah kedua yang harus ditempuh adalah menentukan bentuk-bentuk sastra, bahasa-bahasa kiasan dan gaya-gaya penulisan. Hal ini sangat penting mengingat kitab-kitab PL dan PB ditulis dalam gaya penulisan yang berbeda-beda. Para ahli biasanya membagi penulisan Injil Sinoptik dengan berbagai gaya penulisan, yaitu: kitab-kitab sejarah, Kitab-kitab Puisi, kitab-kitab Nubuatan para Nabi, surat-surat pribadi atau pastoral, surat-surat Amsal, dan lain-lain. Kitab –kitab Sejarah ditulis dengan gaya penulisan kisah historis atau berisi sejarah, oleh sebab itu sangat menekankan sejarah. Jadi apa yang dituliskan oleh para penulis adalah suatu pembuktian kebenaran sejarah tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus.
3.      Mempelajari Latar Belakang Budaya, Sosial, dan Sejarah Penulisan Kitab
Langkah ketiga yang sangat penting dan mendasar dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik adalah mempelajari konteks, latar belakang budaya, sosial, sejarah penulisandan situasi masa penulisan Injil yang kita baca. Mengenal lingkungan Historis para penulis dan penerima surat atau kitab. Bagi PL, lingkungan penulisannya rangkap dua yaitu Ibrani dan Aram atau dunia timur tengah. PB ditulis dalam rangkap tiga yaitu: Pertama, dunia Yunani-Romawi dengan segala keragamannya; Kedua dunia PL dalam kaitannya dengan PL dan Yudaisme; Ketiga, Jemaat Kristen Mula-mula yang sudah percaya Yesus. Studi lingkungan atau konteks mempunyai peranan penting agar para pembaca atau penafsir dapat mengerti. Sebagai contoh para pembaca harus mengerti tanpa Israel tidak ada PL demikian tanpa Gereja tidak ada PB.
4.      Mempelajari Konteks Nats yang Hendak Ditafsir
Mempelajari konteks suatu nats sangat penting dalam mengeksposisikan Injil Sinoptik. Jika pembaca kehilangan atau terputus dari konteks suatu teks, maka hampir dapat dipastikan bahwa tafsiran tersebut pasti salah. Kata konteks berasl dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu ‘Con’ artinya bersama, dan ‘Textus’ artinya sesuatu yangtertulis dalam bentuk kata, kalimat, atau surat. Oleh sebab itu kata ‘konteks’ dalam Hermeneutika adalah menunjuk kepada hubungan suatu surat dengan bagian-bagian lainnya dalam isi surat atau kitab baik itu dalam hubungan dekat atau jauh.
            Konteks dalam hubungan dekat artinya: 1) mencakup ayat-ayat sebelum dan sesudah teks yang akan ditafsir; 2) mencakup pasal ataun perikop sebelum dan sesudah perikop yang akan ditafsirkan. Konteks jauh itu berarti: 1) mencakup dalam hubungannya dengan kitab; 2) mencakup keseluruhan Injil Sinoptik. Misalnya pengajaran yang hendak dipelajari dari “Silsilah Tuhan Yesus” dalam Injil Matius dan Injil Lukas (bdg. Mat. 1: 1-17; Luk, 3:23-38).
5.      Mengeksposisikan Teks
Setelah menemukan ‘genre’ kitab yang dibaca dan memahami latar belakang sosial dan budaya ketika kitab itu ditulis maka penafsir perlu menguraikan secara terinci apa arti dan maksud teks tersebut bagi para penerima atau pembaca Injil. Menyelidiki dan mengeksposisikan apa arti teks tersebut pada masa penulisan baik bagi para penerima atau pembaca Injil. Menyelidiki dan mengeksposisikan apa arti teks tersebutpada masa penulisan baik bagi penulis maupun bagi pembaca (interpreted). Dalam tahap ini, teks yang kita baca perlu dikembangkan artinya sesuai dengan makna dan tujuan penulisan injil sinoptik. Bari setelah itu kita mengembangkan arti teks itu dengan membaca teks yang sama isinyadalam kitab-kitab Injil lainnya.
6.      Menemukan Arti Kata dengan Cermat
Injil sinoptik berisi kata-kata Firman Allah untuk dikomunikasikan kepada para pembaca. Itu berarti Injil Sinoptik diisi dengan kata-kata dan kata-kata atau istilah-istilah ini menyumbangkan sesuatu kepada seluruh isi yang hendak diungkapkan. Oleh sebab itu menyelidiki kata-kata atau istilah dalam suatu teks adalah sangat penting. Untuk dapat menjelaskan suatu istilah atau kata dalam suatu  teks, maka para pembaca dapat membaca terjemahan Injil Sinoptik lainnya dengan cara membandingkannya. Langkah ini sangat penting karena dapat menolong para pembaca untuk mempermudah memahami isi berita yang sedang dibaca.
Ada dua metode dasar untuk mendefinisikan kata yaitu melalui etimologi dan metode penggunaan umum. Etimologi adalah ilmu asal kata dan penelitian berdasarkan etimologi adalah sangat berfaedah untuk memahami suatu istilah. Studi tentang asal dan arti kata ini sangat penting untuk mempelajari konteks pemakaiannya.
7.      Mengaplikasikan Arti Teks
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam menulis Injil, para penulis memilih teks yang akan ditulis. Karena penulis mempunyai tujuan dalam menulis, maka teks itu sarat dengan muatan-muatan teologi di dalamnya. Misalnya membaca sebuah teks dalam Injil Sinoptik, para pembaca perlu  mencari muatan teologis apa yang hendak disampaikan oleh para penulis Injil Sinoptik kepada para pembacanya dalam melaporkan setiap peristiwa tersebut? Sebagai contoh, Matius, dalam Injilnya, melaporkan tentang pencobaan Yesus di padang gurun, demikian halnya dengan Lukas. Matius menempatkannya setelah silsilah Yesus. Mengapa demikian? Tentu masing-masing penulis mempunyai penekanan teologis dalam melaporkan setiap peristiwa tersebut. Dengan menemukan arti teks dan muatan-muatan teologis di dalam setiap teks, maka pembaca perlu mengaplikasikannya dengan situasi yang real pada masa kini (applied)?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Etika Kristen

Quiz Alkitab Sekolah Minggu

MAKALAH SEJARAH GEREJA ASIA